Beranda

    Social Items

Mau backpacking ke Cina, tapi tidak bisa ngomong Mandarin? Itu bukan persoalan kalau kita sudah menyiapkan diri! Walaupun dengan bujet tipis sekali pun, jalan-jalan gaya ransel ke negeri Tirai Bambu itu tidaklah sesulit seperti yang dikatakan banyak orang. Saya naik kereta ekonomi yang murah di Cina, bersantap di tempat makan orang lokal, serta ke mana-mana selalu menggunakan angkutan umum. Semuanya dilakukan berbekal kemampuan Bahasa Mandarin yang sangat minim.

“Backpacking in China is definitely not for everyone”, begitu komentar seorang backpacker cewek asal Belanda yang saya temui di sebuah hostel di Beijing. Ia lalu bercerita berbagai pengalaman buruk saat backpacking di Cina. Ditipu taksi, tersesat tapi tak ada yang bisa dimintai tolong mencari alamat, tak ada Bahasa Inggris di daftar menu, dan berbagai keluhan lainnya. “My parents will die if they travel in China”, begitu kesimpulannya. Hmm, seseram itukah realitanya?

Saya tidak bilang kalau backpacking di Cina itu sangat gampang. Negeri Tiongkok ini sama sekali tak bisa dibandingkan dengan Thailand atau Malaysia yang begitu mudah dijelajahi orang asing. Namun berbekal persiapan memadai, jalan-jalan di Cina tak akan bikin trauma.

Nah, beberapa tip berikut ini semoga bisa membantu bagi yang ingin backpacking ke Cina dalam waktu dekat. Terutama bagi yang tidak bisa Bahasa Mandarin, penting memperhatikan hal-hal berikut ini.

Bersiaplah dengan Kendala Bahasa

Persoalan kendala bahasa ini adalah keluhan yang paling sering terdengar dari wisatawan. Belum tentu orang yang bekerja di sektor pariwisata atau resepsionis hotel mampu berbahasa Inggris. Masalahnya bakal lebih runyam lagi bagi yang bertampang Asia seperti penduduk lokal. Mungkin karena berambut lurus dan bermata agak sipit, saya sering sekali disangka orang lokal. Saat berada di stasiun metro, sering sekali saya ditanya arah kereta. Maklum, jalur Beijing Subway itu lumayan rumit. Orang lokal saja dibuat bingung, apalagi turis. Tapi kok, tanyanya ke saya sih, Kak? Saya sama bingungnya dengan Anda!

Kalau ada yang tanya-tanya begini, saya cepat-cepat bilang, “Sorry, I cannot speak Chinese”. Dan reaksinya selalu tatapan heran bahkan terkejut. Kalau sudah begini, saya cepat-cepat kabur, ha ha… Mungkin mereka mau bilang, “Wtf….., kok bisa kamu tidak bisa Bahasa Mandarin? Dari mana sih kamu?”. Tapi ucapan itu hanya terlontar dalam hati karena saya tidak mengerti bahasa mereka, he he…

Jangan Ucapkan, tapi Tunjukkan Tulisannya

Tip yang satu ini kiranya bisa mengatasi kendala bahasa seperti digambarkan pada poin pertama. Kebanyakan orang Cina sebenarnya sudah mempelajari Bahasa Inggris sejak di bangku sekolah. Tapi biasanya mereka hanya paham tulisan, tak tahu bunyinya karena jarang dipraktikkan. Kalau kita bertanya letak stasiun kereta, ucapan “train station” bakal membingungkan. Tapi kalau kita tunjukkan tulisan “train station”, kemungkinan besar mereka paham.

Bahasa Mandarin juga punya intonasi yang sangat khas. Salah sedikit saja intonasinya, maka artinya bisa berbeda. Ini bakal sangat menyulitkan orang asing karena tulisan latin tak sepenuhnya bisa menggambarkan bunyi kata tersebut. Kalau kita hanya menyebut kata “Pingyao” menurut ejaan latin misalnya, orang lokal bisa kebingungan karena intonasi kita salah, dan itu berpengaruh ke artinya. Makanya, lebih gampang menunjukkan tulisannya saja.

Karena itu juga, saat membeli tiket kereta atau bus, saya selalu menunjukkan tulisan kota yang dituju. Kalau pengucapan kita salah, bisa-bisa petugasnya memberi tiket ke tempat lain. Bakal berabe, bukan? Pastikan juga kita menyimpan alamat hostel atau objek wisata yang dituju dalam bentuk tulisan. Meski alamat hanya ditulis dalam Bahasa Inggris, tetap akan sangat membantu. Jadi kalau tersesat, tinggal tunjukkan tulisan tersebut supaya orang lokal bisa gampang memberi petunjuk.

Masalah lain yang sering muncul adalah perbedaan sistem transliterasi. Satu kata dalam Bahasa Mandarin bisa punya versi tulisan latin yang berbeda-beda. Misalnya, di buku A sebuah tempat ditulis “Dongzhimen”, tapi di buku B ditulis “Dongshi Men”. Kelihatannya sepele, tapi buat orang yang tak bisa Bahasa Mandarin bisa cukup membingungkan. Solusinya kita perlu lebih teliti, misalnya dengan mengecek lagi lokasinya di peta.

Tak Perlu Takut dengan Kerumuman

Harap maklum, ini adalah negeri yang dihuni 1,38 milyar manusia. Di kota-kota besar di Cina, kerumuman orang adalah pemandangan sehari-hari. Objek wisata, stasiun kereta, pasar, sampai trotoar, selalu padat dengan manusia. Tapi Anda tak perlu takut melihat keramaian ini. Berdasarkan pengalaman saya, sepadat apa pun kerumuman, orang lokal selalu tertib antre. Apalagi petugasnya juga galak, kalau ada yang antre tidak rapi bakal langsung diteriaki!

Pengalaman pertama melihat kerumuman di Cina sempat bikin dengkul saya lemas. Saya sangat terkejut melihat antrean orang yang hendak masuk ke stasiun kereta Beijing. Mau masuk gedung stasiun saja sudah panjang begitu antreannya, nanti menuju platform pasti harus mengantre lagi, pikir saya. Tapi hebatnya, tak sampai 15 menit saya sudah berhasil masuk ke stasiun kereta. Antrean memang panjang, tapi pergerakannya sangat cepat karena petugas yang memeriksa ada banyak dan bekerja cepat. Good job China!

Kalau sudah berada di tengah kerumuman seperti ini, perlu berhati-hati dengan dompet serta barang bawaan lainnya. Tapi masalah copet ini bukan hanya ditemui di Cina. Di tempat lain juga sama, bahkan mungkin lebih parah.

Antrean di depan stasiun kereta Xian


Hindari Taksi

Sudah jadi pengetahuan umum kalau taksi di Cina suka menipu. Kalau mereka tahu Anda turis dan tidak bisa Bahasa Mandarin, pasti bakal langsung jadi makanan empuk. Sudah begitu, jarang ada sopir taksi yang bisa Bahasa Inggris. Rawan ditipu dan sulit diajak berkomunikasi pula, menjadikan taksi di Cina tidak nyaman.

Tapi dengan persiapan memadai, kita tak perlu menggunakan taksi. Cina sudah punya sistem transportasi umum yang sangat baik. Dari bandara Beijing misalnya, tak perlu naik taksi karena sudah ada subway. Sebagian besar objek wisata terkenal juga bisa dicapai dengan angkutan umum. Anda hanya perlu riset lebih detail untuk mendapatkan informasinya.

Sebelum memesan akomodasi, saya juga selalu memastikan dulu bahwa hostel tersebut mudah dijangkau dengan angkutan umum atau bisa dicapai dengan berjalan kaki dari stasiun kereta. Hasilnya, dalam perjalanan 2 minggu di Cina, tak sekali pun saya menggunakan taksi.

Subway yang menghubungkan bandara Beijing dengan pusat kota


Order Makanan Bisa Bikin Frustasi

Sebelumnya saya suka tidak habis pikir, kok bisa restoran di dekat objek wisata terkenal di Cina tidak punya menu dalam Bahasa Inggris? Tapi kemudian saya mengerti karena sebenarnya turis mancanegara jumlahnya sangat kecil dibanding turis lokal. Objek wisata terkenal seperti Tembok Besar, Terracota Army dan Forbidden City, bisa dibilang 99 persen pengunjungnya orang lokal. Jadi biasanya hanya restoran-restoran kelas atas saja yang mencantumkan menu dalam Bahasa Inggris.

Daftar menu bergambar selalu jadi penyelamat saya saat ingin order makanan di Cina. Apesnya, tidak semua restoran menyediakan daftar menu dengan gambar. Kalau sudah begini, saya asal saja order. Biasanya pilih menu yang paling murah, ha ha….

Saya sudah ikuti saran dari beberapa orang untuk mengunduh aplikasi Google Translate. Lewat aplikasi ini, kita bisa memindai aksara Cina dengan kamera ponsel, lalu hasilnya akan keluar terjemahan dalam Bahasa Inggris. Tapi kenyataannya aplikasi ini tidak banyak membantu karena hasil terjemahannya kacau, tak bisa dipahami.

Bagaimana cara ordernya, Kak?

Order secara asal, yang keluar ramen :)


Fokuslah di Wilayah Tertentu

Seperti Indonesia, Cina adalah negara yang sangat luas serta menawarkan banyak pilihan destinasi. Mustahil bisa melihat semua bagian negeri itu dalam waktu singkat. Jadi cek dulu di peta lokasi tiap kota yang ingin dikunjungi, pastikan lokasinya tidak terlalu jauh satu sama lain.

Saya sendiri memilih fokus di Cina Tengah. Dalam waktu 2 minggu, saya hanya mengunjungi 3 kota, yakni Beijing, Pingyao dan Xian. Apa tidak terlalu sedikit? Sama sekali tidak, bahkan saya rasa waktunya masih kurang untuk mengeksplorasi tiap-tiap kota. Jadi slow traveler seperti ini bukan hanya lebih santai, tapi juga menyederhanakan persiapannya. Saya juga punya waktu lebih banyak untuk menjelajahi tempat-tempat yang sering dilewati wisatawan kebanyakan.

Untuk trip mendatang, saya bisa memilih lokasi lain, seperti Tibet, Xinjiang atau Guilin. Percayalah, jalan-jalan yang fokus seperti ini jauh lebih menyenangkan. Kalau Anda hanya jeprat-jepret sebentar lalu pergi, apa bedanya dengan foto hasil olahan Photoshop?

Nah, sebenarnya tidak terlalu sulit bukan backpacking di Cina. Kita cuma perlu persiapan saja untuk mengatisipasi kesulitan yang mungkin muncul. Semoga perjalanan Anda di Cina menyenangkan! Baca juga cerita saya tentang pengalaman naik kereta ekonomi di Cina. Ternyata seru!

Siapa Bilang Backpacking di Cina Sulit?

Mau backpacking ke Cina, tapi tidak bisa ngomong Mandarin? Itu bukan persoalan kalau kita sudah menyiapkan diri! Walaupun dengan bujet tipis sekali pun, jalan-jalan gaya ransel ke negeri Tirai Bambu itu tidaklah sesulit seperti yang dikatakan banyak orang. Saya naik kereta ekonomi yang murah di Cina, bersantap di tempat makan orang lokal, serta ke mana-mana selalu menggunakan angkutan umum. Semuanya dilakukan berbekal kemampuan Bahasa Mandarin yang sangat minim.

“Backpacking in China is definitely not for everyone”, begitu komentar seorang backpacker cewek asal Belanda yang saya temui di sebuah hostel di Beijing. Ia lalu bercerita berbagai pengalaman buruk saat backpacking di Cina. Ditipu taksi, tersesat tapi tak ada yang bisa dimintai tolong mencari alamat, tak ada Bahasa Inggris di daftar menu, dan berbagai keluhan lainnya. “My parents will die if they travel in China”, begitu kesimpulannya. Hmm, seseram itukah realitanya?

Saya tidak bilang kalau backpacking di Cina itu sangat gampang. Negeri Tiongkok ini sama sekali tak bisa dibandingkan dengan Thailand atau Malaysia yang begitu mudah dijelajahi orang asing. Namun berbekal persiapan memadai, jalan-jalan di Cina tak akan bikin trauma.

Nah, beberapa tip berikut ini semoga bisa membantu bagi yang ingin backpacking ke Cina dalam waktu dekat. Terutama bagi yang tidak bisa Bahasa Mandarin, penting memperhatikan hal-hal berikut ini.

Bersiaplah dengan Kendala Bahasa

Persoalan kendala bahasa ini adalah keluhan yang paling sering terdengar dari wisatawan. Belum tentu orang yang bekerja di sektor pariwisata atau resepsionis hotel mampu berbahasa Inggris. Masalahnya bakal lebih runyam lagi bagi yang bertampang Asia seperti penduduk lokal. Mungkin karena berambut lurus dan bermata agak sipit, saya sering sekali disangka orang lokal. Saat berada di stasiun metro, sering sekali saya ditanya arah kereta. Maklum, jalur Beijing Subway itu lumayan rumit. Orang lokal saja dibuat bingung, apalagi turis. Tapi kok, tanyanya ke saya sih, Kak? Saya sama bingungnya dengan Anda!

Kalau ada yang tanya-tanya begini, saya cepat-cepat bilang, “Sorry, I cannot speak Chinese”. Dan reaksinya selalu tatapan heran bahkan terkejut. Kalau sudah begini, saya cepat-cepat kabur, ha ha… Mungkin mereka mau bilang, “Wtf….., kok bisa kamu tidak bisa Bahasa Mandarin? Dari mana sih kamu?”. Tapi ucapan itu hanya terlontar dalam hati karena saya tidak mengerti bahasa mereka, he he…

Jangan Ucapkan, tapi Tunjukkan Tulisannya

Tip yang satu ini kiranya bisa mengatasi kendala bahasa seperti digambarkan pada poin pertama. Kebanyakan orang Cina sebenarnya sudah mempelajari Bahasa Inggris sejak di bangku sekolah. Tapi biasanya mereka hanya paham tulisan, tak tahu bunyinya karena jarang dipraktikkan. Kalau kita bertanya letak stasiun kereta, ucapan “train station” bakal membingungkan. Tapi kalau kita tunjukkan tulisan “train station”, kemungkinan besar mereka paham.

Bahasa Mandarin juga punya intonasi yang sangat khas. Salah sedikit saja intonasinya, maka artinya bisa berbeda. Ini bakal sangat menyulitkan orang asing karena tulisan latin tak sepenuhnya bisa menggambarkan bunyi kata tersebut. Kalau kita hanya menyebut kata “Pingyao” menurut ejaan latin misalnya, orang lokal bisa kebingungan karena intonasi kita salah, dan itu berpengaruh ke artinya. Makanya, lebih gampang menunjukkan tulisannya saja.

Karena itu juga, saat membeli tiket kereta atau bus, saya selalu menunjukkan tulisan kota yang dituju. Kalau pengucapan kita salah, bisa-bisa petugasnya memberi tiket ke tempat lain. Bakal berabe, bukan? Pastikan juga kita menyimpan alamat hostel atau objek wisata yang dituju dalam bentuk tulisan. Meski alamat hanya ditulis dalam Bahasa Inggris, tetap akan sangat membantu. Jadi kalau tersesat, tinggal tunjukkan tulisan tersebut supaya orang lokal bisa gampang memberi petunjuk.

Masalah lain yang sering muncul adalah perbedaan sistem transliterasi. Satu kata dalam Bahasa Mandarin bisa punya versi tulisan latin yang berbeda-beda. Misalnya, di buku A sebuah tempat ditulis “Dongzhimen”, tapi di buku B ditulis “Dongshi Men”. Kelihatannya sepele, tapi buat orang yang tak bisa Bahasa Mandarin bisa cukup membingungkan. Solusinya kita perlu lebih teliti, misalnya dengan mengecek lagi lokasinya di peta.

Tak Perlu Takut dengan Kerumuman

Harap maklum, ini adalah negeri yang dihuni 1,38 milyar manusia. Di kota-kota besar di Cina, kerumuman orang adalah pemandangan sehari-hari. Objek wisata, stasiun kereta, pasar, sampai trotoar, selalu padat dengan manusia. Tapi Anda tak perlu takut melihat keramaian ini. Berdasarkan pengalaman saya, sepadat apa pun kerumuman, orang lokal selalu tertib antre. Apalagi petugasnya juga galak, kalau ada yang antre tidak rapi bakal langsung diteriaki!

Pengalaman pertama melihat kerumuman di Cina sempat bikin dengkul saya lemas. Saya sangat terkejut melihat antrean orang yang hendak masuk ke stasiun kereta Beijing. Mau masuk gedung stasiun saja sudah panjang begitu antreannya, nanti menuju platform pasti harus mengantre lagi, pikir saya. Tapi hebatnya, tak sampai 15 menit saya sudah berhasil masuk ke stasiun kereta. Antrean memang panjang, tapi pergerakannya sangat cepat karena petugas yang memeriksa ada banyak dan bekerja cepat. Good job China!

Kalau sudah berada di tengah kerumuman seperti ini, perlu berhati-hati dengan dompet serta barang bawaan lainnya. Tapi masalah copet ini bukan hanya ditemui di Cina. Di tempat lain juga sama, bahkan mungkin lebih parah.

Antrean di depan stasiun kereta Xian


Hindari Taksi

Sudah jadi pengetahuan umum kalau taksi di Cina suka menipu. Kalau mereka tahu Anda turis dan tidak bisa Bahasa Mandarin, pasti bakal langsung jadi makanan empuk. Sudah begitu, jarang ada sopir taksi yang bisa Bahasa Inggris. Rawan ditipu dan sulit diajak berkomunikasi pula, menjadikan taksi di Cina tidak nyaman.

Tapi dengan persiapan memadai, kita tak perlu menggunakan taksi. Cina sudah punya sistem transportasi umum yang sangat baik. Dari bandara Beijing misalnya, tak perlu naik taksi karena sudah ada subway. Sebagian besar objek wisata terkenal juga bisa dicapai dengan angkutan umum. Anda hanya perlu riset lebih detail untuk mendapatkan informasinya.

Sebelum memesan akomodasi, saya juga selalu memastikan dulu bahwa hostel tersebut mudah dijangkau dengan angkutan umum atau bisa dicapai dengan berjalan kaki dari stasiun kereta. Hasilnya, dalam perjalanan 2 minggu di Cina, tak sekali pun saya menggunakan taksi.

Subway yang menghubungkan bandara Beijing dengan pusat kota


Order Makanan Bisa Bikin Frustasi

Sebelumnya saya suka tidak habis pikir, kok bisa restoran di dekat objek wisata terkenal di Cina tidak punya menu dalam Bahasa Inggris? Tapi kemudian saya mengerti karena sebenarnya turis mancanegara jumlahnya sangat kecil dibanding turis lokal. Objek wisata terkenal seperti Tembok Besar, Terracota Army dan Forbidden City, bisa dibilang 99 persen pengunjungnya orang lokal. Jadi biasanya hanya restoran-restoran kelas atas saja yang mencantumkan menu dalam Bahasa Inggris.

Daftar menu bergambar selalu jadi penyelamat saya saat ingin order makanan di Cina. Apesnya, tidak semua restoran menyediakan daftar menu dengan gambar. Kalau sudah begini, saya asal saja order. Biasanya pilih menu yang paling murah, ha ha….

Saya sudah ikuti saran dari beberapa orang untuk mengunduh aplikasi Google Translate. Lewat aplikasi ini, kita bisa memindai aksara Cina dengan kamera ponsel, lalu hasilnya akan keluar terjemahan dalam Bahasa Inggris. Tapi kenyataannya aplikasi ini tidak banyak membantu karena hasil terjemahannya kacau, tak bisa dipahami.

Bagaimana cara ordernya, Kak?

Order secara asal, yang keluar ramen :)


Fokuslah di Wilayah Tertentu

Seperti Indonesia, Cina adalah negara yang sangat luas serta menawarkan banyak pilihan destinasi. Mustahil bisa melihat semua bagian negeri itu dalam waktu singkat. Jadi cek dulu di peta lokasi tiap kota yang ingin dikunjungi, pastikan lokasinya tidak terlalu jauh satu sama lain.

Saya sendiri memilih fokus di Cina Tengah. Dalam waktu 2 minggu, saya hanya mengunjungi 3 kota, yakni Beijing, Pingyao dan Xian. Apa tidak terlalu sedikit? Sama sekali tidak, bahkan saya rasa waktunya masih kurang untuk mengeksplorasi tiap-tiap kota. Jadi slow traveler seperti ini bukan hanya lebih santai, tapi juga menyederhanakan persiapannya. Saya juga punya waktu lebih banyak untuk menjelajahi tempat-tempat yang sering dilewati wisatawan kebanyakan.

Untuk trip mendatang, saya bisa memilih lokasi lain, seperti Tibet, Xinjiang atau Guilin. Percayalah, jalan-jalan yang fokus seperti ini jauh lebih menyenangkan. Kalau Anda hanya jeprat-jepret sebentar lalu pergi, apa bedanya dengan foto hasil olahan Photoshop?

Nah, sebenarnya tidak terlalu sulit bukan backpacking di Cina. Kita cuma perlu persiapan saja untuk mengatisipasi kesulitan yang mungkin muncul. Semoga perjalanan Anda di Cina menyenangkan! Baca juga cerita saya tentang pengalaman naik kereta ekonomi di Cina. Ternyata seru!

10 komentar:

  1. Menarik! :) aku kira perjalanan di India lebih berat, tapi di sana hampir semua orang bisa bahasa Inggris, jadi gak terlalu semaput (kecuali karakter sebagian orangnya yang bikin istighfar hwhwhw).

    Tapi China Mainland ini wishlistku banget. Semoga bisa ke sana tahun depan. Pingin ngerasain lost in translationnya yang kadang ngangenin itu :D

    omnduut.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Faktor bahasa memang tantangan banget buat yang mau jalan-jalan tanpa paket tur. Tapi fasilitas mereka keren, hampir menyamai negara maju. Belajar bahasa mandarin dulu gih sebelum berangkat ke cina, he he... 😁😁

      Hapus
    2. India mudah menurutku 20 hari disana dan menurunkan 4 kg berat badan, china next nih....

      Hapus
  2. Suka sekali dengan kalimat "Kalau Anda hanya jeprat-jepret sebentar lalu pergi, apa bedanya dengan foto hasil olahan Photoshop?".. Krna sya pribadi terkadng malas u eksplore sesuatu di suatu destinasi.. Terkdang hanya mengunjungi lokasi2 y terkenal saja..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kita biasanya kurang riset, gak ada waktu karena sibuk kerja. Alhasil cari yang gampang dengan yang mengunjungi lokasi terkenal saja. Lalu biasanya kecewa karena tempat itu terlalu komersial, tiketnya mahal, terlalu ramai, dsb 😂.
      Terima kasih sudah meninggalkan jejaknya di sini.

      Hapus
  3. Anonim24.9.17

    Kalo diliat persiapannya, ternyata tetep sulit juga yak ��
    Oiya bener gak sih kalo karakter orang sana yang cenderung galak, nyolot, dll itu?
    Share juga pengalaman wc umumnya donk bro :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berdasarkan pengalaman saya biasa aja, bahkan lumayan ramah orang-orangnya. Tapi ya pengalaman orang beda-beda.

      Kalau wc di mall, stasiun, bandara umumnya oke. Tapi yg masalah toilet umum di tempat-tempat pemukiman. Tempat beolnya ada yg tidak diberi sekat. Jadi kalau kita jongkok bab, bisa dilihat orang. 😨

      Hapus
  4. Lumayan nih buat referensi, tahun depan rencananya saya mau melanjutkan studi di China

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga studinya lancar. Ngomong2 mau masuk ke universitas mana di Cina?

      Hapus
  5. Wah seru ya, sya rencana mau backpacker-an ke Beijing Thun dpn. Mungkin bisa Bantu trip atau Ada yg minat pergi bareng. Udh niat bgt pgn ke tanah China neh sy.:D

    BalasHapus

Punya pertanyaan atau komentar? Tuliskan di sini...