Beranda

    Social Items


Mau backpacking ke Georgia, tapi ingin pengeluaran seperti penduduk lokal? Oh, bisa banget, Kak! Dengan sedikit riset, kita bisa jalan-jalan di Georgia dengan biaya Rp 100 ribuan per hari, atau tak lebih mahal dari upah harian menurut UMP Jakarta. Tapi kalau mau mencobanya, Anda harus siap go local. Mesti berani membaur dengan penduduk setempat!

Mengapa biaya backpacking ke Georgia bisa sangat murah? Jawabannya simpel, itu karena pendapatan per kapita penduduknya juga masih rendah. Sebagai gambaran, upah harian seorang waiter di restoran di Tbilisi sekitar 20 Lari atau kurang lebih Rp 110 ribu. Nah, kalau penduduk lokal bisa hidup dengan uang sejumlah itu, mengapa kita yang backpacker tidak bisa?

Baca juga: Rp 3 Jutaan Bisa ke Georgia, Begini Caranya…..

Menghitung biaya perjalanan memang cukup rumit. Terus terang, saya sendiri tak pernah menghitungnya secara detail. Namun, backpacking ke Georgia tak akan bikin kantong jebol, asal tahu caranya. Mari kita kupas lebih lanjut biaya-biaya selama di Georgia.

Angkutan bandara Tbilisi, ongkosnya Rp 2500
Transportasi
Backpacker yang anti taksi dan anti mobil tur akan sangat terbantu karena sistem transportasi umum di Georgia sangat bagus. Apalagi di ibukotanya Tbilisi, biaya transportasi umumnya murah ajib, he he… Begitu kita mendarat di bandara Tbilisi, abaikan calo-calo taksi. Kita bisa mencapai pusat kota menggunakan bus rute 37 dengan ongkos 50 tetri atau sekitar Rp 2500 saja. Ngomong-ngomong, Anda pernah dapat angkutan bandara lebih murah dari itu?

Kota Tbilisi juga memiliki jaringan metro bawah tanah yang jalurnya melewati tempat-tempat penting. Meski tampilan metro Tbilisi ini begitu uzur, karena dibangun pada 1960-an di era Soviet, pelancong irit akan sangat terbantu dengan keberadaannya. Ongkosnya jauh dekat 50 tetri saja atau sekitar Rp 2500. Asyiknya lagi, kalau kita menyambung perjalanan dengan bus atau kembali naik metro dalam kurun waktu kurang dari 1,5 jam, ongkosnya gratis! 

Metro Tbilisi
Bagaimana dengan angkutan antar kota? Saya pernah mencoba naik kereta kelas 3 dari Tbilisi ke Svaneti dengan membayar 7,5 Lari saja, atau sekitar Rp 40 ribuan. Ini adalah perjalanan menggunakan sleeper train, dengan waktu tempuh 10 jam. Gerbongnya sendiri memang sudah uzur, mungkin buatan Soviet dari era 70-an. Tapi dengan harga semurah itu, apa masih tega protes?

Kereta sleeper train peninggalan Soviet
Biaya minibus antar kota juga lumayan terjangkau. Misalnya ongkos dari Tbilisi ke Kazbegi dipatok 10 Lari atau sekitar Rp 55 ribuan. Bagi yang daytrip ke Mtskheta, ongkos naik angkotnya hanya 1 Lari atau sekitar Rp 5500.

Akomodasi
Tarif hostel di Georgia tak jauh beda dengan destinasi lain yang juga kondang sebagai tujuan backpacking murah, seperti Thailand dan Vietnam. Saya pernah menginap di Sphinx hostel Tbilisi yang tarifnya 8 Lari, atau sekitar Rp 40 ribuan per malam. Hostel lainnya di Tbilisi tarifnya juga kurang lebih sama, sekitar 10-12 Lari. Dengan membayar sejumlah itu, Anda sudah bisa menginap di dormitory dengan fasilitas wifi. Hostel-hostel di Georgia biasanya juga dilengkapi dengan dapur dan mesin cuci yang bisa digunakan secara gratis.

Selain mengemat ongkos, tinggal di hostel selama di Georgia juga memberikan pengalaman yang sangat menarik. Destinasi yang belum mainstream seperti Georgia didominasi oleh pelancong tipe explorer yang biasanya sudah kenyang pengalaman jalan-jalan. Mereka rata-rata sangat intelek, berpikiran terbuka, serta sangat ramah karena sudah sering bergaul dengan orang-orang dari berbagai latar belakang.

Salah satu kamar hostel di Georgia
Saya juga baru tahu kalau backpacker dari Rusia, Eropa Timur, serta negara-negara eks Soviet itu rata-rata super ramah dan baik. Sebelumnya, saya jarang berkomunikasi dengan orang-orang dari negara itu. Selama ini yang terbayang mereka kan bekas negara komunis, pasti orangnya kaku. Ternyata anggapan itu sangat salah!

Soal pengalaman menginap di hostel selama di Georgia, sepertinya harus dibikin artikel tersendiri. Saya pernah sekamar di dormitory dengan bekas pegawai Gedung Putih di era Obama, serta pramugari Qatar Airways yang super kece. Mereka ini menginap di hostel untuk seru-seruan, bukan karena ingin menghemat uang. Hasilnya memang jadi sangat seru untuk seluruh penghuni hostel itu!


Baca juga: Tip Merencanakan Perjalanan ke Negeri Kaukasus


Biaya Makan
Restoran untuk turis terserak di semua sudut Tbilisi, tapi kalau mau berhemat pergilah ke tempat makan lokal. Tempat makan lokal ini wujudnya seperti kafetaria, biasanya terdapat di area perumahan orang lokal. Namun kawasan sekitar Freedom Square di Tbilisi yang tergolong masih area turis juga bisa dijumpai tempat makan lokal ini. Hanya saja kita perlu mencarinya di sudut yang agak terpencil, sedikit keluar dari lokasi turis.

Makanan lokal
Menu makanan di kafetaria lokal ini kebanyakan fast food, seperti burger dan shawarna. Aja juga kafetaria dengan sistem prasmanan yang saya jumpai di stasiun kereta Tbilisi dan beberapa tempat di Batumi. Kita mengambil sendiri menu yang dipilih, lalu membayarnya di kasir. Menu di kafetaria prasmanan ini lebih beragam, bahkan ada yang menyajikan nasi.

Menu fast food di kafetaria lokal seperti burger dan shawarma harganya 3-5 Lari (sekitar Rp 15-25 ribu). Menu prasmanannya juga relatif murah, sekitar 4-6 Lari (Rp 20-30 ribuan) sekali makan. Atau kalau mau yang lebih murah, silahkan menuju ke toko roti yang mudah dijumpai di jalanan ramai. Roti-rotian seperti pizza, sausage roll dan burger, harganya 1-3 Lari saja (Rp 5-15 ribuan). Makan pizza harga 2 Lari (Rp 10 ribuan), dijamin langsung kenyang, ha ha…

Toko roti, makanan paling murah di sini
Tiket Objek Wisata
Nah, pos pengeluaran ini sering tak terhindarkan kalau kita mengunjungi objek wisata komersial. Sehemat apa pun kita, tiket objek wisata tetap harus dibayar. Tapi itu tidak terjadi di Georgia karena sebagian besar objek wisata di sini gratis! Percaya tidak, deretan objek wisata must see di Georgia yang kita lihat di situs wisata seperti Tripadvisor dan Wikivoyage, hampir semuanya gratis. Ini benar-benar langka dan jarang terjadi di negara lain.

Deretan tempat yang disebut must see ini antara lain Mtskheta, Svaneti, Kazbegi, Gelati Monastery, semuanya tak memungut tiket masuk. Paling-paling kita cuma perlu keluar ongkos transportasi saja. Tempat wisata yang harus bayar biasanya hanya museum, dan harga tiketnya juga terjangkau, sekitar 3-6 Lari saja (Rp 15-30 ribuan).



Baca juga: Armenia, Bukan hanya Biara Tua dan Genosida

Pengeluaran Lain-lain
Meskipun hostel di Georgia selalu menyediakan wifi gratis, Anda tentunya membutuhkan sambungan internet saat di luar. SIM Card Georgia bisa dengan mudah didapatkan di konter operator selular yang bisa ditemui di bandara Tbilisi maupun pusat kota. Ada tiga operator yang beroperasi di Georgia, yakni Magti, Beeline dan Geocell. Saya memilih Magti yang memiliki jaringan luas karena saya berencana treking ke Svaneti yang lokasinya cukup terpencil.

Saya membeli paket data 1 GB keluaran Magti seharga 10 Lari (sekitar Rp 55 ribu). Mereka juga punya paket panggilan internasional dengan harga khusus untuk turis. Tapi saya hanya membutuhkan internet dan paket 1 GB sudah lebih dari cukup untuk koneksi internet saya.


Dan akhirnya…. ini yang paling ajib! Kalau Anda mengonsumsi minuman beralkohol, bisa puas-puasin minum di sini, ha ha… Harga minuman keras di Georgia jauh lebih murah dibanding di tanah air. Harganya memang beragam, bergantung kualitasnya. Tapi untuk sebotol wine kualitas medium harganya sekitar 10 Lari (Rp 55 ribu). Minuman alkohol jenis lainnya seperti vodka, brandy, dan lain-lain juga cukup murah. Cek sendiri di supermarketnya!

Backpacking ke Georgia, Ajib Murahnya!


Mau backpacking ke Georgia, tapi ingin pengeluaran seperti penduduk lokal? Oh, bisa banget, Kak! Dengan sedikit riset, kita bisa jalan-jalan di Georgia dengan biaya Rp 100 ribuan per hari, atau tak lebih mahal dari upah harian menurut UMP Jakarta. Tapi kalau mau mencobanya, Anda harus siap go local. Mesti berani membaur dengan penduduk setempat!

Mengapa biaya backpacking ke Georgia bisa sangat murah? Jawabannya simpel, itu karena pendapatan per kapita penduduknya juga masih rendah. Sebagai gambaran, upah harian seorang waiter di restoran di Tbilisi sekitar 20 Lari atau kurang lebih Rp 110 ribu. Nah, kalau penduduk lokal bisa hidup dengan uang sejumlah itu, mengapa kita yang backpacker tidak bisa?

Baca juga: Rp 3 Jutaan Bisa ke Georgia, Begini Caranya…..

Menghitung biaya perjalanan memang cukup rumit. Terus terang, saya sendiri tak pernah menghitungnya secara detail. Namun, backpacking ke Georgia tak akan bikin kantong jebol, asal tahu caranya. Mari kita kupas lebih lanjut biaya-biaya selama di Georgia.

Angkutan bandara Tbilisi, ongkosnya Rp 2500
Transportasi
Backpacker yang anti taksi dan anti mobil tur akan sangat terbantu karena sistem transportasi umum di Georgia sangat bagus. Apalagi di ibukotanya Tbilisi, biaya transportasi umumnya murah ajib, he he… Begitu kita mendarat di bandara Tbilisi, abaikan calo-calo taksi. Kita bisa mencapai pusat kota menggunakan bus rute 37 dengan ongkos 50 tetri atau sekitar Rp 2500 saja. Ngomong-ngomong, Anda pernah dapat angkutan bandara lebih murah dari itu?

Kota Tbilisi juga memiliki jaringan metro bawah tanah yang jalurnya melewati tempat-tempat penting. Meski tampilan metro Tbilisi ini begitu uzur, karena dibangun pada 1960-an di era Soviet, pelancong irit akan sangat terbantu dengan keberadaannya. Ongkosnya jauh dekat 50 tetri saja atau sekitar Rp 2500. Asyiknya lagi, kalau kita menyambung perjalanan dengan bus atau kembali naik metro dalam kurun waktu kurang dari 1,5 jam, ongkosnya gratis! 

Metro Tbilisi
Bagaimana dengan angkutan antar kota? Saya pernah mencoba naik kereta kelas 3 dari Tbilisi ke Svaneti dengan membayar 7,5 Lari saja, atau sekitar Rp 40 ribuan. Ini adalah perjalanan menggunakan sleeper train, dengan waktu tempuh 10 jam. Gerbongnya sendiri memang sudah uzur, mungkin buatan Soviet dari era 70-an. Tapi dengan harga semurah itu, apa masih tega protes?

Kereta sleeper train peninggalan Soviet
Biaya minibus antar kota juga lumayan terjangkau. Misalnya ongkos dari Tbilisi ke Kazbegi dipatok 10 Lari atau sekitar Rp 55 ribuan. Bagi yang daytrip ke Mtskheta, ongkos naik angkotnya hanya 1 Lari atau sekitar Rp 5500.

Akomodasi
Tarif hostel di Georgia tak jauh beda dengan destinasi lain yang juga kondang sebagai tujuan backpacking murah, seperti Thailand dan Vietnam. Saya pernah menginap di Sphinx hostel Tbilisi yang tarifnya 8 Lari, atau sekitar Rp 40 ribuan per malam. Hostel lainnya di Tbilisi tarifnya juga kurang lebih sama, sekitar 10-12 Lari. Dengan membayar sejumlah itu, Anda sudah bisa menginap di dormitory dengan fasilitas wifi. Hostel-hostel di Georgia biasanya juga dilengkapi dengan dapur dan mesin cuci yang bisa digunakan secara gratis.

Selain mengemat ongkos, tinggal di hostel selama di Georgia juga memberikan pengalaman yang sangat menarik. Destinasi yang belum mainstream seperti Georgia didominasi oleh pelancong tipe explorer yang biasanya sudah kenyang pengalaman jalan-jalan. Mereka rata-rata sangat intelek, berpikiran terbuka, serta sangat ramah karena sudah sering bergaul dengan orang-orang dari berbagai latar belakang.

Salah satu kamar hostel di Georgia
Saya juga baru tahu kalau backpacker dari Rusia, Eropa Timur, serta negara-negara eks Soviet itu rata-rata super ramah dan baik. Sebelumnya, saya jarang berkomunikasi dengan orang-orang dari negara itu. Selama ini yang terbayang mereka kan bekas negara komunis, pasti orangnya kaku. Ternyata anggapan itu sangat salah!

Soal pengalaman menginap di hostel selama di Georgia, sepertinya harus dibikin artikel tersendiri. Saya pernah sekamar di dormitory dengan bekas pegawai Gedung Putih di era Obama, serta pramugari Qatar Airways yang super kece. Mereka ini menginap di hostel untuk seru-seruan, bukan karena ingin menghemat uang. Hasilnya memang jadi sangat seru untuk seluruh penghuni hostel itu!


Baca juga: Tip Merencanakan Perjalanan ke Negeri Kaukasus


Biaya Makan
Restoran untuk turis terserak di semua sudut Tbilisi, tapi kalau mau berhemat pergilah ke tempat makan lokal. Tempat makan lokal ini wujudnya seperti kafetaria, biasanya terdapat di area perumahan orang lokal. Namun kawasan sekitar Freedom Square di Tbilisi yang tergolong masih area turis juga bisa dijumpai tempat makan lokal ini. Hanya saja kita perlu mencarinya di sudut yang agak terpencil, sedikit keluar dari lokasi turis.

Makanan lokal
Menu makanan di kafetaria lokal ini kebanyakan fast food, seperti burger dan shawarna. Aja juga kafetaria dengan sistem prasmanan yang saya jumpai di stasiun kereta Tbilisi dan beberapa tempat di Batumi. Kita mengambil sendiri menu yang dipilih, lalu membayarnya di kasir. Menu di kafetaria prasmanan ini lebih beragam, bahkan ada yang menyajikan nasi.

Menu fast food di kafetaria lokal seperti burger dan shawarma harganya 3-5 Lari (sekitar Rp 15-25 ribu). Menu prasmanannya juga relatif murah, sekitar 4-6 Lari (Rp 20-30 ribuan) sekali makan. Atau kalau mau yang lebih murah, silahkan menuju ke toko roti yang mudah dijumpai di jalanan ramai. Roti-rotian seperti pizza, sausage roll dan burger, harganya 1-3 Lari saja (Rp 5-15 ribuan). Makan pizza harga 2 Lari (Rp 10 ribuan), dijamin langsung kenyang, ha ha…

Toko roti, makanan paling murah di sini
Tiket Objek Wisata
Nah, pos pengeluaran ini sering tak terhindarkan kalau kita mengunjungi objek wisata komersial. Sehemat apa pun kita, tiket objek wisata tetap harus dibayar. Tapi itu tidak terjadi di Georgia karena sebagian besar objek wisata di sini gratis! Percaya tidak, deretan objek wisata must see di Georgia yang kita lihat di situs wisata seperti Tripadvisor dan Wikivoyage, hampir semuanya gratis. Ini benar-benar langka dan jarang terjadi di negara lain.

Deretan tempat yang disebut must see ini antara lain Mtskheta, Svaneti, Kazbegi, Gelati Monastery, semuanya tak memungut tiket masuk. Paling-paling kita cuma perlu keluar ongkos transportasi saja. Tempat wisata yang harus bayar biasanya hanya museum, dan harga tiketnya juga terjangkau, sekitar 3-6 Lari saja (Rp 15-30 ribuan).



Baca juga: Armenia, Bukan hanya Biara Tua dan Genosida

Pengeluaran Lain-lain
Meskipun hostel di Georgia selalu menyediakan wifi gratis, Anda tentunya membutuhkan sambungan internet saat di luar. SIM Card Georgia bisa dengan mudah didapatkan di konter operator selular yang bisa ditemui di bandara Tbilisi maupun pusat kota. Ada tiga operator yang beroperasi di Georgia, yakni Magti, Beeline dan Geocell. Saya memilih Magti yang memiliki jaringan luas karena saya berencana treking ke Svaneti yang lokasinya cukup terpencil.

Saya membeli paket data 1 GB keluaran Magti seharga 10 Lari (sekitar Rp 55 ribu). Mereka juga punya paket panggilan internasional dengan harga khusus untuk turis. Tapi saya hanya membutuhkan internet dan paket 1 GB sudah lebih dari cukup untuk koneksi internet saya.


Dan akhirnya…. ini yang paling ajib! Kalau Anda mengonsumsi minuman beralkohol, bisa puas-puasin minum di sini, ha ha… Harga minuman keras di Georgia jauh lebih murah dibanding di tanah air. Harganya memang beragam, bergantung kualitasnya. Tapi untuk sebotol wine kualitas medium harganya sekitar 10 Lari (Rp 55 ribu). Minuman alkohol jenis lainnya seperti vodka, brandy, dan lain-lain juga cukup murah. Cek sendiri di supermarketnya!

10 komentar:

  1. Soon, thx infonya

    BalasHapus
  2. Mas. Nginep di kazbegi atau daytrip aja?

    BalasHapus
  3. gimana dapat informasi mengenai kendaraan umum? apakah tersedia informasi dalam bahasa inggris?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Informasi dalam Bahasa Inggris sangat minim, tapi bisa tanya orang lokal.

      Hapus
  4. Mas ada itinerarynya? Saya minggu depan mau nekad backpackeran juga ke tbilisi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Infonya ada banyak di Google, tinggal search saja.

      Hapus
  5. Saya rencana mau sekolah di tbilisi, apakah kita bisa saling sharing mengenai kehidupan di tbilisi?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya cuma traveling ke Tbilisi, tidak tinggal dalam waktu yang lama. Tapi kalau ada yang ingin ditanyakan, saya coba jawab yang saya tahu.

      Hapus

Punya pertanyaan atau komentar? Tuliskan di sini...