Beranda

    Social Items

Tertarik ke Iran? Jangan buru-buru berangkat sebelum membaca informasi penting ini. Kalau kita abai dengan hal-hal ini, acara liburan bisa berubah jadi petaka!

Iran berbeda dengan kebanyakan destinasi lainnya di dunia yang biasa dikunjungi wisatawan. Ada beberapa hal yang sangat penting untuk diperhatikan wisatawan. Hal ini terkait erat dengan kondisi ekonominya yang masih di bawah embargo, serta situasi politik yang dikendalikan rezim teokrasi. Namun Anda tak perlu terlalu khawatir, kalau mempersiapkan diri dengan baik, perjalanan Anda akan aman-aman saja. Apa saja yang perlu diperhatikan? Simak poin-poin berikut ini.

Bawa Uang Tunai yang Cukup
Embargo ekonomi yang diterapkan pada Iran membuat perusahaan-perusahaan Amerika tak bisa beroperasi di negeri Persia itu. Jadi, kartu kredit berlogo Visa, Mastercard dan American Express yang biasa kita bawa saat traveling, tak bisa dipakai di Iran. Ya, merek-merek kartu kredit itu semuanya berasal dari Amerika. Setali tiga uang dengan kartu debit atau ATM yang berlogo Visa, Mastercard, Maestro, dan sebagainya, juga tak bisa dipakai di Iran.

Satu-satunya cara membawa uang adalah mengantonginya dalam bentuk tunai. Repot dan berisiko memang, tapi tak ada pilihan lain. Namun Iran terkenal sangat aman, sangat jarang ada kasus perampokan atau turis yang kecopetan. Bawalah uang tunai secukupnya. Kalau jalan-jalan ala backpacker seperti saya, pengeluaran per hari kira-kira USD 25-30.

Non Muslim juga Harus Pakai Kerudung
Di kebanyakan negara Muslim, mengenakan hijab atau kerudung hanyalah pilihan. Artinya, kaum hawa boleh mengenakannya, namun tak menjadi kewajiban. Tapi berbeda dengan Iran, kerudung wajib dikenakan semua perempuan. Tak peduli Muslim atau Non Muslim, orang lokal atau wisatawan, semuanya wajib tunduk dengan peraturan ini.

Namun jangan takut dulu, karena sebenarnya peraturan soal kerudung ini diterapkan secara longgar. Kerudung yang diwajibkan di Iran bukan seperti hijab syar’i yang perlu menutup seluruh rambut. Modelnya lebih seperti selendang yang menutupi kepala, dan masih boleh menampakkan bagian depan rambut. Baju dan celana tentunya harus panjang, modelnya tidak terlalu ketat, dan bahannya juga tidak terlalu tipis.

Bagaimana dengan laki-laki? Peraturan untuk kaum adam jauh lebih longgar. Pakaian yang biasa kita kenakan sehari-hari seperti kaus lengan pendek dan celana panjang denim bisa diterima. Tapi hindari memakai celana pendek dan baju kaus berlengan buntung. Saya cukup sering melihat cowok Iran mengenakan anting dan kalung. Tetapi wisatawan laki-laki yang tak mau mendapat masalah sebaiknya menghindari aksesoris seperti itu. Kalau punya tatto, usahakan ditutupi juga.

Gaya hijab perempuan Iran
Cewek Boleh Backpacking Sendirian di Iran
Tidak seperti Arab Saudi, pemerintah Iran mengizinkan perempuan mengendarai mobil. Perempuan di Iran juga lazim terlihat di tempat umum, bekerja dan beraktivitas sendiri seperti umumnya kita lihat di tempat-tempat lain.

Di terminal bus dan stasiun kereta api, kita juga bisa melihat perempuan Iran yang bepergian sendiri. Jadi, kaum hawa yang bepergian tanpa didampingi laki-laki adalah hal lazim di Iran. Buat para cewek yang hobi melancong solo, tak ada alasan untuk menghindari Iran. Negara ini malah jadi destinasi favorit kaum hawa yang suka jalan-jalan sendiri karena terkenal sangat aman.

Puasa Dulu dengan Media Sosial
Akses internet di Iran dikontrol ketat oleh pemerintahnya, dan yang diblokir bukan hanya situs pornografi. Saking ketatnya, semua blog yang berbasis Blogspot dan Wordpress tak bisa diakses di Iran, termasuk blog saya pelancongirit.com yang menggunakan hosting Blogspot. Saya lumayan dibikin kesal dengan kebijakan ini. Mengapa blog saya yang isinya hanya cerita jalan-jalan diblokir juga? Tapi begitulah, pemerintah Iran agaknya cukup paranoid dengan penyebaran informasi lewat blog.

Jangan tanya lagi soal media sosial seperti Facebook dan Twitter, sudah pasti diblokir juga. Namun Iran bukan satu-satunya negara yang memblokir situs media sosial. Cina dan Vietnam juga sudah lama melakukan hal serupa, padahal negara-negara tersebut cukup populer sebagai destinasi wisata. Facebook dan Twitter diblokir untuk menghambat penyebaran informasi yang anti pemerintah. Praktik seperti itu lazim dilakukan oleh rezim yang otoriter. Jadi, saat berkunjung ke Iran, puasa dululah dengan media sosial.

Duit Iran
Iran Punya Dua Mata Uang
Beberapa tahun terakhir, Iran mengalami hiperinflasi yang membuat mata uangnya bernilai sangat rendah. Mata uang resmi Iran adalah Rial dengan kode IRR (Iranian Rial). Kalau kita cek di internet, nilai USD1 setara dengan 32 ribu Rial (kurs Maret 2017). Namun kurs sebenarnya lebih rendah, di tempat penukaran mata uang di Tehran kurs yang berlaku biasanya USD1 adalah 34 ribu Rial. Tempat penukaran mata uang ini mudah ditemukan di bandara Tehran atau tempat-tempat strategis yang banyak dikunjungi turis.

Mungkin karena pusing dengan banyaknya angka nol di mata uang mereka, orang lokal punya sebutan lain untuk menyebut alat tukar mereka, yakni Toman. Toman ini sebenarnya sama dengan Rial, hanya nolnya dihilangkan satu. Bingung? Saya sendiri awalnya juga bingung, tapi lama-lama terbiasa. Penjelasan singkatnya, nilai Toman adalah sepersepuluh nial Rial. Jadi, 100 ribu Rial setara nilainya dengan 10 ribu Toman.

Uang yang digunakan masih sama, yakni Rial sebagai mata uang resmi Iran. Jadi kalau seorang penjual mengatakan harganya 10 ribu Toman, berarti uang yang harus dibayar berjumlah 100 ribu Rial. Yang bikin ribet, label-label harga di toko seringkali tak menjelaskan harga yang tertera dalam bentuk Toman atau Rial. Supaya tidak tertipu, sebelum melakukan transaksi pembelian, tanya benar-benar ke penjualnya harga barang dalam nilai Toman atau Rial.

Jangan Kaget dengan Propaganda Anti Barat
Pemimpin negara yang berseberangan pandangan politik dengan Amerika Serikat sering melontarkan kritik keras yang dimuat di media massa. Namun di Iran, bukan cuma pidato politik yang bernada keras. Poster-poster serta grafiti bernada anti barat masih sering kita temui di berbagai sudut jalan di Iran. Namun sejak Rouhani menduduki jabatan presiden Iran, propaganda seperti ini sudah jauh berkurang.

Berbagai propaganda anti barat yang disebarkan kelompok garis keras di Iran telah membentuk citra buruk tentang negeri itu. Namun rakyat Iran kebanyakan tetap ramah dengan turis asing, tak terpengaruh dengan propaganda yang sering mereka lihat. Kondisi politik di Iran memang masih rumit. Sekelompok politisi menggunakan sentimen anti barat untuk mendapatkan dukungan suara. Tak heran kalau propaganda seperti itu tak pernah benar-benar bisa dihentikan.

Grafiti bernada anti Amerika di jalanan Tehran
Hormati Tradisi Islam Syiah
Dari total 82 juta penduduk Iran, sekitar 90 persen adalah penganut Islam Syiah. Data statistik ini menunjukkan bahwa Iran menjadi negara Muslim dengan penganut Islam Syiah terbesar di dunia. Karena menjadi kelompok mayoritas, tradisi Syiah begitu dominan dalam kehidupan sehari-hari rakyat Iran. Kita akan melihat tata cara ibadah yang berbeda, pandangan agama yang berbeda, serta tradisi lainnya yang asing bagi orang indonesia yang mayoritas Muslim Sunni.

Sebagai penjelajah dunia, kita harus siap menerima perbedaan ini. Tiap sudut dunia itu berbeda, jadi buka mata baik-baik karena tak semua hal harus sama dengan kita. Melihat perbedaan lebih dekat kadangkala juga membuat kita tersadar, bahwa apa yang kita yakini selama ini ternyata salah. Jadi kalau tak siap dengan perbedaan, berarti kegiatan menjelajah dunia tidak cocok untuk Anda. Atau Anda cukup jalan-jalan di mal atau themed park saja!

Muslim Syiah sedang salat di masjid
Hati-hati Bicara Politik, Iran Bukan Indonesia
Setelah era reformasi, mengeritik pemerintah adalah hal biasa di Indonesia. Kita bebas bicara apa saja asal bertanggungjawab. Namun tidak demikian halnya dengan Iran yang masih berada di bawah rezim yang tidak demokratis. Media dikontrol sangat ketat, dan kritik terhadap pemerintah tak boleh dilontarkan sembarangan. Kalau tidak hati-hati, kita bisa masuk bui.

Beberapa orang yang saya temui di Iran sangat terbuka bicara soal politik. Namun sebagai orang asing, sebaiknya kita menahan diri dengan tidak terlalu menanggapi. Saya sendiri pernah ditanya oleh anak sekolah di Iran, lebih suka Saudi atau Iran? Menanggapi pertanyaan sensitif seperti ini, sebaiknya kita hati-hati, atau kalau ragu tak usah dijawab.

Baca juga:
Mendapatkan Visa Iran itu Mudah
Cara Mencari Akomodasi Murah di Iran
Kok Ada Coca Cola di Iran?
Repotnya Memesan Akomodasi di Iran

Hal-hal yang Wajib Dimengerti Sebelum Bertandang ke Iran

Tertarik ke Iran? Jangan buru-buru berangkat sebelum membaca informasi penting ini. Kalau kita abai dengan hal-hal ini, acara liburan bisa berubah jadi petaka!

Iran berbeda dengan kebanyakan destinasi lainnya di dunia yang biasa dikunjungi wisatawan. Ada beberapa hal yang sangat penting untuk diperhatikan wisatawan. Hal ini terkait erat dengan kondisi ekonominya yang masih di bawah embargo, serta situasi politik yang dikendalikan rezim teokrasi. Namun Anda tak perlu terlalu khawatir, kalau mempersiapkan diri dengan baik, perjalanan Anda akan aman-aman saja. Apa saja yang perlu diperhatikan? Simak poin-poin berikut ini.

Bawa Uang Tunai yang Cukup
Embargo ekonomi yang diterapkan pada Iran membuat perusahaan-perusahaan Amerika tak bisa beroperasi di negeri Persia itu. Jadi, kartu kredit berlogo Visa, Mastercard dan American Express yang biasa kita bawa saat traveling, tak bisa dipakai di Iran. Ya, merek-merek kartu kredit itu semuanya berasal dari Amerika. Setali tiga uang dengan kartu debit atau ATM yang berlogo Visa, Mastercard, Maestro, dan sebagainya, juga tak bisa dipakai di Iran.

Satu-satunya cara membawa uang adalah mengantonginya dalam bentuk tunai. Repot dan berisiko memang, tapi tak ada pilihan lain. Namun Iran terkenal sangat aman, sangat jarang ada kasus perampokan atau turis yang kecopetan. Bawalah uang tunai secukupnya. Kalau jalan-jalan ala backpacker seperti saya, pengeluaran per hari kira-kira USD 25-30.

Non Muslim juga Harus Pakai Kerudung
Di kebanyakan negara Muslim, mengenakan hijab atau kerudung hanyalah pilihan. Artinya, kaum hawa boleh mengenakannya, namun tak menjadi kewajiban. Tapi berbeda dengan Iran, kerudung wajib dikenakan semua perempuan. Tak peduli Muslim atau Non Muslim, orang lokal atau wisatawan, semuanya wajib tunduk dengan peraturan ini.

Namun jangan takut dulu, karena sebenarnya peraturan soal kerudung ini diterapkan secara longgar. Kerudung yang diwajibkan di Iran bukan seperti hijab syar’i yang perlu menutup seluruh rambut. Modelnya lebih seperti selendang yang menutupi kepala, dan masih boleh menampakkan bagian depan rambut. Baju dan celana tentunya harus panjang, modelnya tidak terlalu ketat, dan bahannya juga tidak terlalu tipis.

Bagaimana dengan laki-laki? Peraturan untuk kaum adam jauh lebih longgar. Pakaian yang biasa kita kenakan sehari-hari seperti kaus lengan pendek dan celana panjang denim bisa diterima. Tapi hindari memakai celana pendek dan baju kaus berlengan buntung. Saya cukup sering melihat cowok Iran mengenakan anting dan kalung. Tetapi wisatawan laki-laki yang tak mau mendapat masalah sebaiknya menghindari aksesoris seperti itu. Kalau punya tatto, usahakan ditutupi juga.

Gaya hijab perempuan Iran
Cewek Boleh Backpacking Sendirian di Iran
Tidak seperti Arab Saudi, pemerintah Iran mengizinkan perempuan mengendarai mobil. Perempuan di Iran juga lazim terlihat di tempat umum, bekerja dan beraktivitas sendiri seperti umumnya kita lihat di tempat-tempat lain.

Di terminal bus dan stasiun kereta api, kita juga bisa melihat perempuan Iran yang bepergian sendiri. Jadi, kaum hawa yang bepergian tanpa didampingi laki-laki adalah hal lazim di Iran. Buat para cewek yang hobi melancong solo, tak ada alasan untuk menghindari Iran. Negara ini malah jadi destinasi favorit kaum hawa yang suka jalan-jalan sendiri karena terkenal sangat aman.

Puasa Dulu dengan Media Sosial
Akses internet di Iran dikontrol ketat oleh pemerintahnya, dan yang diblokir bukan hanya situs pornografi. Saking ketatnya, semua blog yang berbasis Blogspot dan Wordpress tak bisa diakses di Iran, termasuk blog saya pelancongirit.com yang menggunakan hosting Blogspot. Saya lumayan dibikin kesal dengan kebijakan ini. Mengapa blog saya yang isinya hanya cerita jalan-jalan diblokir juga? Tapi begitulah, pemerintah Iran agaknya cukup paranoid dengan penyebaran informasi lewat blog.

Jangan tanya lagi soal media sosial seperti Facebook dan Twitter, sudah pasti diblokir juga. Namun Iran bukan satu-satunya negara yang memblokir situs media sosial. Cina dan Vietnam juga sudah lama melakukan hal serupa, padahal negara-negara tersebut cukup populer sebagai destinasi wisata. Facebook dan Twitter diblokir untuk menghambat penyebaran informasi yang anti pemerintah. Praktik seperti itu lazim dilakukan oleh rezim yang otoriter. Jadi, saat berkunjung ke Iran, puasa dululah dengan media sosial.

Duit Iran
Iran Punya Dua Mata Uang
Beberapa tahun terakhir, Iran mengalami hiperinflasi yang membuat mata uangnya bernilai sangat rendah. Mata uang resmi Iran adalah Rial dengan kode IRR (Iranian Rial). Kalau kita cek di internet, nilai USD1 setara dengan 32 ribu Rial (kurs Maret 2017). Namun kurs sebenarnya lebih rendah, di tempat penukaran mata uang di Tehran kurs yang berlaku biasanya USD1 adalah 34 ribu Rial. Tempat penukaran mata uang ini mudah ditemukan di bandara Tehran atau tempat-tempat strategis yang banyak dikunjungi turis.

Mungkin karena pusing dengan banyaknya angka nol di mata uang mereka, orang lokal punya sebutan lain untuk menyebut alat tukar mereka, yakni Toman. Toman ini sebenarnya sama dengan Rial, hanya nolnya dihilangkan satu. Bingung? Saya sendiri awalnya juga bingung, tapi lama-lama terbiasa. Penjelasan singkatnya, nilai Toman adalah sepersepuluh nial Rial. Jadi, 100 ribu Rial setara nilainya dengan 10 ribu Toman.

Uang yang digunakan masih sama, yakni Rial sebagai mata uang resmi Iran. Jadi kalau seorang penjual mengatakan harganya 10 ribu Toman, berarti uang yang harus dibayar berjumlah 100 ribu Rial. Yang bikin ribet, label-label harga di toko seringkali tak menjelaskan harga yang tertera dalam bentuk Toman atau Rial. Supaya tidak tertipu, sebelum melakukan transaksi pembelian, tanya benar-benar ke penjualnya harga barang dalam nilai Toman atau Rial.

Jangan Kaget dengan Propaganda Anti Barat
Pemimpin negara yang berseberangan pandangan politik dengan Amerika Serikat sering melontarkan kritik keras yang dimuat di media massa. Namun di Iran, bukan cuma pidato politik yang bernada keras. Poster-poster serta grafiti bernada anti barat masih sering kita temui di berbagai sudut jalan di Iran. Namun sejak Rouhani menduduki jabatan presiden Iran, propaganda seperti ini sudah jauh berkurang.

Berbagai propaganda anti barat yang disebarkan kelompok garis keras di Iran telah membentuk citra buruk tentang negeri itu. Namun rakyat Iran kebanyakan tetap ramah dengan turis asing, tak terpengaruh dengan propaganda yang sering mereka lihat. Kondisi politik di Iran memang masih rumit. Sekelompok politisi menggunakan sentimen anti barat untuk mendapatkan dukungan suara. Tak heran kalau propaganda seperti itu tak pernah benar-benar bisa dihentikan.

Grafiti bernada anti Amerika di jalanan Tehran
Hormati Tradisi Islam Syiah
Dari total 82 juta penduduk Iran, sekitar 90 persen adalah penganut Islam Syiah. Data statistik ini menunjukkan bahwa Iran menjadi negara Muslim dengan penganut Islam Syiah terbesar di dunia. Karena menjadi kelompok mayoritas, tradisi Syiah begitu dominan dalam kehidupan sehari-hari rakyat Iran. Kita akan melihat tata cara ibadah yang berbeda, pandangan agama yang berbeda, serta tradisi lainnya yang asing bagi orang indonesia yang mayoritas Muslim Sunni.

Sebagai penjelajah dunia, kita harus siap menerima perbedaan ini. Tiap sudut dunia itu berbeda, jadi buka mata baik-baik karena tak semua hal harus sama dengan kita. Melihat perbedaan lebih dekat kadangkala juga membuat kita tersadar, bahwa apa yang kita yakini selama ini ternyata salah. Jadi kalau tak siap dengan perbedaan, berarti kegiatan menjelajah dunia tidak cocok untuk Anda. Atau Anda cukup jalan-jalan di mal atau themed park saja!

Muslim Syiah sedang salat di masjid
Hati-hati Bicara Politik, Iran Bukan Indonesia
Setelah era reformasi, mengeritik pemerintah adalah hal biasa di Indonesia. Kita bebas bicara apa saja asal bertanggungjawab. Namun tidak demikian halnya dengan Iran yang masih berada di bawah rezim yang tidak demokratis. Media dikontrol sangat ketat, dan kritik terhadap pemerintah tak boleh dilontarkan sembarangan. Kalau tidak hati-hati, kita bisa masuk bui.

Beberapa orang yang saya temui di Iran sangat terbuka bicara soal politik. Namun sebagai orang asing, sebaiknya kita menahan diri dengan tidak terlalu menanggapi. Saya sendiri pernah ditanya oleh anak sekolah di Iran, lebih suka Saudi atau Iran? Menanggapi pertanyaan sensitif seperti ini, sebaiknya kita hati-hati, atau kalau ragu tak usah dijawab.

Baca juga:
Mendapatkan Visa Iran itu Mudah
Cara Mencari Akomodasi Murah di Iran
Kok Ada Coca Cola di Iran?
Repotnya Memesan Akomodasi di Iran

1 komentar:

Punya pertanyaan atau komentar? Tuliskan di sini...