Beranda

    Social Items


Sumpek dengan kota-kota besar di India yang berdebu, banyak sampah, serta penuh polusi? Ayo mengacir ke gunung, jejaki gugusan Himalaya di bumi Hindustan itu. Tak jauh dari McLeod Ganj yang jadi tempat pengasingan Dalai Lama, ada rute trekking menawan yang bisa ditempuh dalam waktu sehari saja. Medannya tak terlalu sulit, tapi panorama yang disuguhkannya sangat istimewa. Seolah membawa kita berada di atas awan.

“Don’t go to Triund Hill without guide, it is very dangerous”, kata resepsionis hostel di tempat kami menginap sambil memasang mimik serius. Ah, apanya yang bahaya batin saya, Triund Hill kan cuma rute trek singkat, kakek-kakek saja bisa mendaki ke sana sendirian. Jangan-jangan ini hanya trik jualan paket tur dengan strategi menakut-nakuti. Ternyata benar saja, si resepsionis ini kemudian menawarkan paket tur mendaki Triund Hill yang harganya 3000 rupee per orang (sekitar Rp 600 ribuan). Harga yang mahal menurut saya karena durasi pendakiannya hanya sehari dan medannya enteng pula.

Tapi teman jalan saya Lee nampak tertarik setelah diperlihatkan foto-foto menarik Triund Hill yang katanya hanya bisa dicapai dengan pemandu. Lee pun mulai tawar-menawar, harga awal yang tadinya 3000 rupee jadi turun 2500 rupee untuk per orang (sekitar Rp 500 ribuan). Sebelum Lee terlanjur membayar, saya cepat-cepat bilang, “Lee, I am not going to join this tour, I got no budget”, kata saya terus terang. Paket tur mendaki ini terlalu mahal untuk kegiatan trekking sehari bisik saya lagi.

Di India, pegawai agen tur biasanya sangat gigih menawarkan paket wisata mereka. Berbagai jurus rayuan dikeluarkan, tapi kadang-kadang banyak bohongnya juga sehingga turis asing perlu ekstra hati-hati. Tapi segigih apa pun mereka merayu, selalu tak mempan buat saya karena saya memang tak bujet untuk itu, haha…

Baca juga: Kiat Trekking di Nepal dengan Biaya Irit

Akhirnya, saya dan Lee sepakat mendaki Triund Hill tanpa pemandu. Triund Hill jaraknya hanya 10 kilometer dari McLeod Ganj, sebuah kota kecil di kaki Himalaya yang sejak tahun 50-an jadi tempat pengungsian Dalai Lama. Selain mengunjungi Kuil Dalai Lama tentunya, kegiatan trekking ini juga cukup populer dilakukan wisatawan yang mengunjungi McLeod Ganj. Alam di sini sungguh elok, jauh dari hiruk-pikuk kota besar di India yang mengundang stres. Mungkin keelokan alam itu pulalah yang membawa Dalai Lama ke McLeod Ganj, mengingatkannya pada tanah Tibet yang sudah lama ditinggalkan.

Tepat pukul 8.30 pagi, kami mulai melangkahkan kaki untuk melakukan pendakian. Awalnya saya mau berangkat pukul 7 pagi karena panorama di Triund Hill sering tertutup kabut kalau kita sampai agak siang. Tapi Lee bilang dia tidak bisa bangun pagi dan mau sarapan dulu di hostel yang baru disajikan pukul 8 pagi. Meski sudah terlalu siang menurut saya, untungnya kami bisa mengawalinya tepat waktu.

Sempat nyasar dan mentok di jurang!
Sebagian besar pendaki memulai perjalanannya dari Dharamkot, sebuah desa kecil yang tak jauh dari McLeod Ganj. Namun kami memilih rute jalan pintas yang sebenarnya tak dianjurkan karena medannya sangat menanjak dan tak ada penunjuk jalan. Harusnya lewat jalur pintas ini membuat perjalanan kami bisa lebih cepat, tapi kami malah nyasar! Setelah berjalan kaki hampir satu jam melewati jalanan berbatu nan terjal, jalur setapak yang kami lalui berakhir di pinggir jurang! Astaga, itu ternyata rute untuk orang yang mau bunuh diri. Kami yang masih ingin hidup memilih balik arah dan kembali lagi ke perkampungan penduduk.

Itu artinya waktu 1,5 jam sudah terbuang sia-sia, tak terhitung rasa capek setelah melewati jalanan yang cukup terjal. Tak mau lagi tersesat, kami pilih jalur utama yang memang lebih ramai dilalui pendaki. Medan di jalur utama jauh lebih landai serta diberi penunjuk jalan yang jelas. Rute trek ini sebenarnya cukup enteng, terbukti ada banyak lansia bisa melaluinya dengan santai. Kalau lelah, kita juga bisa beristirahat di warung-warung di sepanjang rute pendakian. Warung-warung ini menjual air minum dan cemilan untuk menambah tenaga.

Penunggu warung
Kemping di Triund Hill
Seperti tiduran di atas awan
Makin mendekati puncak Triund Hill, jalanannya makin terjal. Di bagian ini ada banyak pendaki yang mulai kepayahan. Setelah berjalan sekitar 5,5 jam, akhirnya kami berhasil mencapai puncak Triund Hill. Normalnya hanya 4 jam, tapi karena ada acara nyasar segala tibanya jadi telat. Karena sudah lewat tengah hari, kawasan sekeliling Triund Hill sudah diselimuti kabut tebal yang menutup panorama pegunungan di sekitarnya. Tetapi itu justru membuat pemandangan menjadi agak mistis, seolah kita berada di atas awan. 

Jalan kaki selama berjam-jam membuat perut kami keroncongan. Ada beberapa warung di puncak Triund Hill, tapi mereka hanya menjual Maggi, yakni mi instan yang populer di India sebagai menu makan siang. Daripada tidak mengisi perut samasekali, kami pun memesan Maggi rebus yang porsinya ternyata lebih kecil dari Indomie. Lumayan juga juga sebagai peganjal perut, apalagi kami juga masih butuh tenaga untuk perjalanan turun.

Bagi yang ingin menginap di Triund Hill, sudah disediakan tenda sehingga pendaki tak perlu susah-payah membawa perlengkapan sendiri. Biayanya juga tak mahal, hanya sekitar 400-500 rupee (Rp 80-90 ribuan) per orang. Panorama matahari terbit memang paling ditunggu mereka yang memilih menginap di sini. Di awal pagi, langit juga sangat cerah sehingga pemandangan barisan pegunungan Himalaya yang tertutup salju abadi bisa dilihat dengan jelas. Sayangnya, kami tak menginap karena tak punya waktu. Coba lihat foto di bawah ini yang dibuat teman saya Wanthida Mim, backpacker asal Thailand yang sempat menikmati matahari terbit di triund Hill. Pemandangannya sangat indah, bukan?

Triund Hill di waktu pagi (foto oleh Wanthida Mim)

Menu makan siangnya mi instan Maggi
Dasar pendaki pemula yang nekat, untuk perjalanan turun kami lagi-lagi memilih jalur yang tak umum ditempuh. Pengalaman tersesat waktu naik tak membuat kami kapok, haha… Kebanyakan pendaki memilih rute yang sama saat turun, yakni kembali ke Dharamkot. Menempuh rute yang sama saat pergi dan pulang buat kami kurang seru, jadi kami memilih turun lewat jalur Bhagsu yang jauh lebih sepi. Saking sepinya, kami hanya bertemu satu orang sepanjang perjalanan turun itu.

Jalur menurun lewat Bhagsu ini lumayan berat bagi yang tak terbiasa trekking, tak heran kalau kebanyakan orang menghindarinya. Turunannya cukup curam melewati jalanan berbatu yang rawan longsor. Beberapa kali kami juga melewati tepi jurang yang kalau kita tidak hati-hati bisa mengakibatkan kecelakaan fatal. Namun kami tak menyesal lewat jalur ini karena pemandangannya sungguh ciamik, bahkan menurut saya lebih keren dari puncak Triund Hill. Sensasi naik turun bukit yang dikelilingi awan bikin pikiran melayang. Tak ada rasa lelah karena saking takjubnya dengan pemandangan sekitar.

Baca juga: Siapa Bilang Backpacking di Cina Sulit?

Pemandangannya ngeri-ngeri sedap

Seperti di film Bollywood
Air terjun Bhagsu
Mendekati perkampungan penduduk, kami menemukan sebuah kuil Hindu yang tak ditunggui. Di sekitar kuil itu terlihat banyak hewan ternak, tapi pemiliknya tak kelihatan. Menjelang akhir rute, terdapat air terjun yang cukup ramai dikunjungi turis. Airnya yang dingin pas untuk cuci muka serta merendam kaki yang lelah setelah seharian mendaki. Singkat cerita, rute lewat Bhagsu ini memang fenomenal! Waktu yang dihabiskan untuk perjalanan turun adalah 3 jam, jadi total waktu yang dihabiskan untuk trekking hari itu adalah 8,5 jam. Cukup melelahkan, tapi asyik!

Menjajal Rute Trekking Singkat di India


Sumpek dengan kota-kota besar di India yang berdebu, banyak sampah, serta penuh polusi? Ayo mengacir ke gunung, jejaki gugusan Himalaya di bumi Hindustan itu. Tak jauh dari McLeod Ganj yang jadi tempat pengasingan Dalai Lama, ada rute trekking menawan yang bisa ditempuh dalam waktu sehari saja. Medannya tak terlalu sulit, tapi panorama yang disuguhkannya sangat istimewa. Seolah membawa kita berada di atas awan.

“Don’t go to Triund Hill without guide, it is very dangerous”, kata resepsionis hostel di tempat kami menginap sambil memasang mimik serius. Ah, apanya yang bahaya batin saya, Triund Hill kan cuma rute trek singkat, kakek-kakek saja bisa mendaki ke sana sendirian. Jangan-jangan ini hanya trik jualan paket tur dengan strategi menakut-nakuti. Ternyata benar saja, si resepsionis ini kemudian menawarkan paket tur mendaki Triund Hill yang harganya 3000 rupee per orang (sekitar Rp 600 ribuan). Harga yang mahal menurut saya karena durasi pendakiannya hanya sehari dan medannya enteng pula.

Tapi teman jalan saya Lee nampak tertarik setelah diperlihatkan foto-foto menarik Triund Hill yang katanya hanya bisa dicapai dengan pemandu. Lee pun mulai tawar-menawar, harga awal yang tadinya 3000 rupee jadi turun 2500 rupee untuk per orang (sekitar Rp 500 ribuan). Sebelum Lee terlanjur membayar, saya cepat-cepat bilang, “Lee, I am not going to join this tour, I got no budget”, kata saya terus terang. Paket tur mendaki ini terlalu mahal untuk kegiatan trekking sehari bisik saya lagi.

Di India, pegawai agen tur biasanya sangat gigih menawarkan paket wisata mereka. Berbagai jurus rayuan dikeluarkan, tapi kadang-kadang banyak bohongnya juga sehingga turis asing perlu ekstra hati-hati. Tapi segigih apa pun mereka merayu, selalu tak mempan buat saya karena saya memang tak bujet untuk itu, haha…

Baca juga: Kiat Trekking di Nepal dengan Biaya Irit

Akhirnya, saya dan Lee sepakat mendaki Triund Hill tanpa pemandu. Triund Hill jaraknya hanya 10 kilometer dari McLeod Ganj, sebuah kota kecil di kaki Himalaya yang sejak tahun 50-an jadi tempat pengungsian Dalai Lama. Selain mengunjungi Kuil Dalai Lama tentunya, kegiatan trekking ini juga cukup populer dilakukan wisatawan yang mengunjungi McLeod Ganj. Alam di sini sungguh elok, jauh dari hiruk-pikuk kota besar di India yang mengundang stres. Mungkin keelokan alam itu pulalah yang membawa Dalai Lama ke McLeod Ganj, mengingatkannya pada tanah Tibet yang sudah lama ditinggalkan.

Tepat pukul 8.30 pagi, kami mulai melangkahkan kaki untuk melakukan pendakian. Awalnya saya mau berangkat pukul 7 pagi karena panorama di Triund Hill sering tertutup kabut kalau kita sampai agak siang. Tapi Lee bilang dia tidak bisa bangun pagi dan mau sarapan dulu di hostel yang baru disajikan pukul 8 pagi. Meski sudah terlalu siang menurut saya, untungnya kami bisa mengawalinya tepat waktu.

Sempat nyasar dan mentok di jurang!
Sebagian besar pendaki memulai perjalanannya dari Dharamkot, sebuah desa kecil yang tak jauh dari McLeod Ganj. Namun kami memilih rute jalan pintas yang sebenarnya tak dianjurkan karena medannya sangat menanjak dan tak ada penunjuk jalan. Harusnya lewat jalur pintas ini membuat perjalanan kami bisa lebih cepat, tapi kami malah nyasar! Setelah berjalan kaki hampir satu jam melewati jalanan berbatu nan terjal, jalur setapak yang kami lalui berakhir di pinggir jurang! Astaga, itu ternyata rute untuk orang yang mau bunuh diri. Kami yang masih ingin hidup memilih balik arah dan kembali lagi ke perkampungan penduduk.

Itu artinya waktu 1,5 jam sudah terbuang sia-sia, tak terhitung rasa capek setelah melewati jalanan yang cukup terjal. Tak mau lagi tersesat, kami pilih jalur utama yang memang lebih ramai dilalui pendaki. Medan di jalur utama jauh lebih landai serta diberi penunjuk jalan yang jelas. Rute trek ini sebenarnya cukup enteng, terbukti ada banyak lansia bisa melaluinya dengan santai. Kalau lelah, kita juga bisa beristirahat di warung-warung di sepanjang rute pendakian. Warung-warung ini menjual air minum dan cemilan untuk menambah tenaga.

Penunggu warung
Kemping di Triund Hill
Seperti tiduran di atas awan
Makin mendekati puncak Triund Hill, jalanannya makin terjal. Di bagian ini ada banyak pendaki yang mulai kepayahan. Setelah berjalan sekitar 5,5 jam, akhirnya kami berhasil mencapai puncak Triund Hill. Normalnya hanya 4 jam, tapi karena ada acara nyasar segala tibanya jadi telat. Karena sudah lewat tengah hari, kawasan sekeliling Triund Hill sudah diselimuti kabut tebal yang menutup panorama pegunungan di sekitarnya. Tetapi itu justru membuat pemandangan menjadi agak mistis, seolah kita berada di atas awan. 

Jalan kaki selama berjam-jam membuat perut kami keroncongan. Ada beberapa warung di puncak Triund Hill, tapi mereka hanya menjual Maggi, yakni mi instan yang populer di India sebagai menu makan siang. Daripada tidak mengisi perut samasekali, kami pun memesan Maggi rebus yang porsinya ternyata lebih kecil dari Indomie. Lumayan juga juga sebagai peganjal perut, apalagi kami juga masih butuh tenaga untuk perjalanan turun.

Bagi yang ingin menginap di Triund Hill, sudah disediakan tenda sehingga pendaki tak perlu susah-payah membawa perlengkapan sendiri. Biayanya juga tak mahal, hanya sekitar 400-500 rupee (Rp 80-90 ribuan) per orang. Panorama matahari terbit memang paling ditunggu mereka yang memilih menginap di sini. Di awal pagi, langit juga sangat cerah sehingga pemandangan barisan pegunungan Himalaya yang tertutup salju abadi bisa dilihat dengan jelas. Sayangnya, kami tak menginap karena tak punya waktu. Coba lihat foto di bawah ini yang dibuat teman saya Wanthida Mim, backpacker asal Thailand yang sempat menikmati matahari terbit di triund Hill. Pemandangannya sangat indah, bukan?

Triund Hill di waktu pagi (foto oleh Wanthida Mim)

Menu makan siangnya mi instan Maggi
Dasar pendaki pemula yang nekat, untuk perjalanan turun kami lagi-lagi memilih jalur yang tak umum ditempuh. Pengalaman tersesat waktu naik tak membuat kami kapok, haha… Kebanyakan pendaki memilih rute yang sama saat turun, yakni kembali ke Dharamkot. Menempuh rute yang sama saat pergi dan pulang buat kami kurang seru, jadi kami memilih turun lewat jalur Bhagsu yang jauh lebih sepi. Saking sepinya, kami hanya bertemu satu orang sepanjang perjalanan turun itu.

Jalur menurun lewat Bhagsu ini lumayan berat bagi yang tak terbiasa trekking, tak heran kalau kebanyakan orang menghindarinya. Turunannya cukup curam melewati jalanan berbatu yang rawan longsor. Beberapa kali kami juga melewati tepi jurang yang kalau kita tidak hati-hati bisa mengakibatkan kecelakaan fatal. Namun kami tak menyesal lewat jalur ini karena pemandangannya sungguh ciamik, bahkan menurut saya lebih keren dari puncak Triund Hill. Sensasi naik turun bukit yang dikelilingi awan bikin pikiran melayang. Tak ada rasa lelah karena saking takjubnya dengan pemandangan sekitar.

Baca juga: Siapa Bilang Backpacking di Cina Sulit?

Pemandangannya ngeri-ngeri sedap

Seperti di film Bollywood
Air terjun Bhagsu
Mendekati perkampungan penduduk, kami menemukan sebuah kuil Hindu yang tak ditunggui. Di sekitar kuil itu terlihat banyak hewan ternak, tapi pemiliknya tak kelihatan. Menjelang akhir rute, terdapat air terjun yang cukup ramai dikunjungi turis. Airnya yang dingin pas untuk cuci muka serta merendam kaki yang lelah setelah seharian mendaki. Singkat cerita, rute lewat Bhagsu ini memang fenomenal! Waktu yang dihabiskan untuk perjalanan turun adalah 3 jam, jadi total waktu yang dihabiskan untuk trekking hari itu adalah 8,5 jam. Cukup melelahkan, tapi asyik!

2 komentar:

  1. Ohhhh ternyata dari baghsunath air terjun itu ada jalan tembus ke triund Hill. Waktu ke Explore dharamsala ada itin ke triund hill, tapi karena hari itu ada "acara" dadakan bisa bertemu dalai lama, jadi di cancel ke triund hill. semoga next bisa. Jadi tahu, nggak usah bawa tenda, sudah ada tempat sewa. sippp

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kita malah enggak ke air terjunnya karena nyasar hehe... Makasih sudah meninggalkan jejaknya di blog ini.

      Hapus

Punya pertanyaan atau komentar? Tuliskan di sini...