Beranda

    Social Items

Liburan adalah momen yang dinanti banyak orang. Ini saatnya kita melonggarkan pikiran, lepas dari kegiatan rutin yang padat, serta menikmati hal-hal baru yang jarang ditemui di tempat kita tinggal. Namun, ada sebagian orang justru tak bisa menikmati waktu yang spesial ini. Alih-alih menjadi ajang relaksasi, liburan malah bikin mereka tambah stres!

Meski kedengaran ganjil, kondisi yang lazim disebut holiday blues ini nyata adanya, bahkan persentase orang yang mengalaminya ternyata cukup tinggi. Sebuah survei yang dilakukan American Psychological Association menemukan bahwa 38 persen orang menyatakan level stres mereka meningkat saat liburan. Mengapa hal ini bisa terjadi dan bagaimana cara mencegahnya?

Kelelahan akibat aktivitas yang terlalu padat

Kebanyakan orang Indonesia hanya punya waktu cuti liburan yang singkat. Momen liburan jadi kesempatan sangat langka, dan biasanya sudah disiapkan jauh-jauh hari sebelum berangkat. Anda juga jadi banyak membaca tentang destinasi yang hendak dituju, lalu mendapati ada begitu banyak tempat menarik yang harus dikunjungi. Tanpa disadari, daftar aktivitas Anda menjadi begitu panjang, tak sebanding dengan waktu liburan yang sangat singkat.

Lupakan daftar aktivitas wajib yang ditulis dalam panduan wisata! Tak mengunjungi semuanya bukan berarti liburan Anda menjadi tak berkesan. Apa artinya menjambangi banyak tempat kalau Anda cuma bisa jeprat-jepret sebentar, lalu buru-buru pergi lagi ke tempat lain?

Fokuskan aktivitas Anda di satu tempat saja tanpa perlu berpindah ke banyak kota. Selain melihat objek wisata yang terkenal, Anda juga bisa mengisi waktu dengan mengunjungi pasar tradisional, menikmati taman-taman kota, atau sekadar berjalan kaki melihat kehidupan masyarakat lokal. Do less, enjoy more!

Baca juga: Festival Vegetarian ala Thailand

Terjebak di area yang terlalu ramai turis

Banyak destinasi wisata terkenal sekarang ini mengalami overtourism, alias dikunjungi terlalu banyak turis. Keberadaan turis yang terlalu ramai mulai menimbulkan masalah serius, seperti sampah, polusi, serta kemacetan lalu-lintas. Kehidupan warga lokal juga menjadi terganggu, sehingga memicu aksi demostrasi yang menolak kehadiran turis. Kalau sudah begini, tentunya warga lokal tak bersikap ramah lagi pada wisatawan.

Kondisi tempat wisata yang terlalu ramai bakal mengubah liburan Anda menjadi petaka. Anda ingin rileks, tapi yang ditemui justru kerumunan orang, antrean panjang untuk masuk ke objek wisata, tumpukan sampah, serta kemacetan lalu-lintas yang tak bisa ditolerir.

Cobalah mulai melirik destinasi non mainstream. Dengan sedikit riset, sebenarnya Anda bisa menemukan banyak tempat-tempat menarik yang belum banyak dikunjungi orang. Liburan Anda juga lebih spesial karena Anda berhasil menjambangi tempat yang masih jarang orang tahu.

Hindari juga mengunjungi objek wisata yang sedang viral di media sosial. Fenomena objek wisata viral ini biasanya tidak berlangsung lama. Setelah pengunjung tak lagi membludak, Anda bisa mulai merencanakan mengunjunginya sehingga tak perlu berdesak-desakan dengan wisatawan lain.

Tak mampu mengusir kesepian

Karena hanya mampu membiayai perjalanan untuk diri sendiri, tak jarang kita harus meninggalkan sanak keluarga di rumah. Bisa juga, kita hanya tak mampu menyesuaikan jadwal cuti dengan teman atau anggota keluarga yang lain. Namun karena sudah terlanjur ambil cuti dan membeli tiket, kita terpaksa tetap berangkat. Ini bisa menimbulkan stres tersendiri, apalagi bagi yang tak biasa bepergian sendiri.

Melakukan perjalanan seorang diri bukanlah hal aneh sekarang ini, bahkan solo traveling sedang menjadi tren. Perlu pula diingat, menjadi solo traveler bukan berarti harus kesepian di jalan. Ada banyak orang yang Anda temui di perjalanan, sebagian dari mereka bisa jadi solo traveler juga seperti Anda. Bagi yang pemalu, gunakan kesempatan ini untuk mengasah ketrampilan bersoalisasi dengan orang baru. Anda yang selama ini selalu bergantung pada orang lain juga bisa belajar menjadi mandiri dan menikmati momen dengan diri sendiri.

Ada trik jitu supaya Anda makin mudah menikmati perjalanan solo. Jangan menginap di hotel keluarga karena bakal membuat Anda makin teringat dengan keluarga di rumah. Hotel-hotel yang biasa dipakai pasangan bulan muda juga perlu dihindari. Pilihlah hostel karena Anda bisa dengan mudah bertemu solo traveler lain. Hostel banyak dipilih solo traveler karena atmosfernya lebih bersahabat, mempermudah mereka mencari kenalan baru.

Supaya tak bosan jalan-jalan sendiri, Anda juga bisa bergabung dengan program walking tur yang dipandu orang lokal. Kegiatan seperti ini seringkali gratis, diadakan oleh relawan lokal yang mengajak wisatawan mengenal lebih dekat kehidupan di kota tempat mereka tinggal. Biasanya Anda akan diajak menjelajah kawasan bersejarah, mengeksplorasi kekayaan kuliner lokal, bahkan ada tur yang mengajak wisatawan mengunjungi pemukiman kumuh.

Kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Yogyakarta dan Semarang sudah memiliki program walking tour seperti ini. Destinasi luar negeri yang terkenal seperti New Delhi, Singapura dan Bangkok juga memiliki program serupa.

Baca juga: Tempat Makan Halal yang Murah di Bangkok

Terkungkung di tengah keluarga besar

Kebalikan dengan solo traveler yang khawatir bakal kesepian di perjalanan, mereka yang berlibur bersama keluarga besar sering merasa tak punya waktu untuk diri sendiri. Sebelum berangkat, sudah terbayang karakter dan kebiasaan buruk anggota keluarga lain yang mau tak mau harus dihadapi selama liburan. Kalau di hari-hari biasa, Anda bisa dengan mudah menghindar untuk bertemu. Tapi ketika liburan, Anda harus seharian bersama mereka!

Untuk menghindari konflik, sebaiknya buat perjanjian sebelum berangkat. Pastikan ada pembagian waktu antara aktivitas bersama dan kegiatan yang bisa dilakukan sendiri-sendiri. Dengan kata lain, anggota rombongan tak harus 24 jam selalu bersama.

Bayangkan, betapa tak menyenangkannya bagi anggota rombongan yang tak suka belanja, tapi diharuskan tetap bersama anggota keluarga lain yang betah seharian menjelajah mal. Dengan menyusun jadwal untuk aktivitas individu, semua anggota rombongan jadi punya waktu untuk mengunjungi tempat yang sesuai minatnya.

Tapi namanya saja liburan keluarga, kegiatan bersama tentunya tak bisa dikesampingkan. Pastikan sarapan pagi dan makan malam dilakukan bersama. Juga, setidaknya pilih satu objek wisata yang kira-kira bisa dinikmati semua anggota rombongan. Mungkin bisa ke themed park atau mendatangi ikon wisata yang paling terkenal di tempat itu.

Tak bisa mengontrol pengeluaran

Apakah Anda berniat berhutang demi liburan? Sebenarnya, sah-sah saja mencicil pembayaran tiket pesawat dengan kartu kredit. Juga boleh-boleh saja membeli paket tur yang dilunasi dengan cara mengangsur. Tapi Anda harus memastikan dulu kemampuan untuk melunasinya agar tak menjadi sumber stres di kemudian hari.

Rencana liburan harus disesuaikan dengan kondisi keuangan. Kalau bujet terbatas, liburan di dalam negeri atau ke negara tetangga di Asia Tenggara pun sudah cukup menyenangkan. Intinya, jangan sampai liburan Anda yang singkat itu menjadi beban berkepanjangan di masa mendatang karena Anda terlilit hutang.

Pengeluaran saat berlibur tentunya lebih besar dibanding saat tinggal di rumah. Namun ada banyak cara untuk menekan biayanya. Sebagai contoh, Anda tak perlu tergiur menginap di hotel bintang 5 hanya demi gengsi. Masih banyak hotel bujet yang lebih sesuai isi kantong. Begitu juga dengan tempat makan, pilihlah rumah makan lokal yang harganya lebih bersahabat.

Baca juga: Naik Kereta Ekonomi di Cina

Mengapa Liburan Bisa Bikin Stres?

Liburan adalah momen yang dinanti banyak orang. Ini saatnya kita melonggarkan pikiran, lepas dari kegiatan rutin yang padat, serta menikmati hal-hal baru yang jarang ditemui di tempat kita tinggal. Namun, ada sebagian orang justru tak bisa menikmati waktu yang spesial ini. Alih-alih menjadi ajang relaksasi, liburan malah bikin mereka tambah stres!

Meski kedengaran ganjil, kondisi yang lazim disebut holiday blues ini nyata adanya, bahkan persentase orang yang mengalaminya ternyata cukup tinggi. Sebuah survei yang dilakukan American Psychological Association menemukan bahwa 38 persen orang menyatakan level stres mereka meningkat saat liburan. Mengapa hal ini bisa terjadi dan bagaimana cara mencegahnya?

Kelelahan akibat aktivitas yang terlalu padat

Kebanyakan orang Indonesia hanya punya waktu cuti liburan yang singkat. Momen liburan jadi kesempatan sangat langka, dan biasanya sudah disiapkan jauh-jauh hari sebelum berangkat. Anda juga jadi banyak membaca tentang destinasi yang hendak dituju, lalu mendapati ada begitu banyak tempat menarik yang harus dikunjungi. Tanpa disadari, daftar aktivitas Anda menjadi begitu panjang, tak sebanding dengan waktu liburan yang sangat singkat.

Lupakan daftar aktivitas wajib yang ditulis dalam panduan wisata! Tak mengunjungi semuanya bukan berarti liburan Anda menjadi tak berkesan. Apa artinya menjambangi banyak tempat kalau Anda cuma bisa jeprat-jepret sebentar, lalu buru-buru pergi lagi ke tempat lain?

Fokuskan aktivitas Anda di satu tempat saja tanpa perlu berpindah ke banyak kota. Selain melihat objek wisata yang terkenal, Anda juga bisa mengisi waktu dengan mengunjungi pasar tradisional, menikmati taman-taman kota, atau sekadar berjalan kaki melihat kehidupan masyarakat lokal. Do less, enjoy more!

Baca juga: Festival Vegetarian ala Thailand

Terjebak di area yang terlalu ramai turis

Banyak destinasi wisata terkenal sekarang ini mengalami overtourism, alias dikunjungi terlalu banyak turis. Keberadaan turis yang terlalu ramai mulai menimbulkan masalah serius, seperti sampah, polusi, serta kemacetan lalu-lintas. Kehidupan warga lokal juga menjadi terganggu, sehingga memicu aksi demostrasi yang menolak kehadiran turis. Kalau sudah begini, tentunya warga lokal tak bersikap ramah lagi pada wisatawan.

Kondisi tempat wisata yang terlalu ramai bakal mengubah liburan Anda menjadi petaka. Anda ingin rileks, tapi yang ditemui justru kerumunan orang, antrean panjang untuk masuk ke objek wisata, tumpukan sampah, serta kemacetan lalu-lintas yang tak bisa ditolerir.

Cobalah mulai melirik destinasi non mainstream. Dengan sedikit riset, sebenarnya Anda bisa menemukan banyak tempat-tempat menarik yang belum banyak dikunjungi orang. Liburan Anda juga lebih spesial karena Anda berhasil menjambangi tempat yang masih jarang orang tahu.

Hindari juga mengunjungi objek wisata yang sedang viral di media sosial. Fenomena objek wisata viral ini biasanya tidak berlangsung lama. Setelah pengunjung tak lagi membludak, Anda bisa mulai merencanakan mengunjunginya sehingga tak perlu berdesak-desakan dengan wisatawan lain.

Tak mampu mengusir kesepian

Karena hanya mampu membiayai perjalanan untuk diri sendiri, tak jarang kita harus meninggalkan sanak keluarga di rumah. Bisa juga, kita hanya tak mampu menyesuaikan jadwal cuti dengan teman atau anggota keluarga yang lain. Namun karena sudah terlanjur ambil cuti dan membeli tiket, kita terpaksa tetap berangkat. Ini bisa menimbulkan stres tersendiri, apalagi bagi yang tak biasa bepergian sendiri.

Melakukan perjalanan seorang diri bukanlah hal aneh sekarang ini, bahkan solo traveling sedang menjadi tren. Perlu pula diingat, menjadi solo traveler bukan berarti harus kesepian di jalan. Ada banyak orang yang Anda temui di perjalanan, sebagian dari mereka bisa jadi solo traveler juga seperti Anda. Bagi yang pemalu, gunakan kesempatan ini untuk mengasah ketrampilan bersoalisasi dengan orang baru. Anda yang selama ini selalu bergantung pada orang lain juga bisa belajar menjadi mandiri dan menikmati momen dengan diri sendiri.

Ada trik jitu supaya Anda makin mudah menikmati perjalanan solo. Jangan menginap di hotel keluarga karena bakal membuat Anda makin teringat dengan keluarga di rumah. Hotel-hotel yang biasa dipakai pasangan bulan muda juga perlu dihindari. Pilihlah hostel karena Anda bisa dengan mudah bertemu solo traveler lain. Hostel banyak dipilih solo traveler karena atmosfernya lebih bersahabat, mempermudah mereka mencari kenalan baru.

Supaya tak bosan jalan-jalan sendiri, Anda juga bisa bergabung dengan program walking tur yang dipandu orang lokal. Kegiatan seperti ini seringkali gratis, diadakan oleh relawan lokal yang mengajak wisatawan mengenal lebih dekat kehidupan di kota tempat mereka tinggal. Biasanya Anda akan diajak menjelajah kawasan bersejarah, mengeksplorasi kekayaan kuliner lokal, bahkan ada tur yang mengajak wisatawan mengunjungi pemukiman kumuh.

Kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Yogyakarta dan Semarang sudah memiliki program walking tour seperti ini. Destinasi luar negeri yang terkenal seperti New Delhi, Singapura dan Bangkok juga memiliki program serupa.

Baca juga: Tempat Makan Halal yang Murah di Bangkok

Terkungkung di tengah keluarga besar

Kebalikan dengan solo traveler yang khawatir bakal kesepian di perjalanan, mereka yang berlibur bersama keluarga besar sering merasa tak punya waktu untuk diri sendiri. Sebelum berangkat, sudah terbayang karakter dan kebiasaan buruk anggota keluarga lain yang mau tak mau harus dihadapi selama liburan. Kalau di hari-hari biasa, Anda bisa dengan mudah menghindar untuk bertemu. Tapi ketika liburan, Anda harus seharian bersama mereka!

Untuk menghindari konflik, sebaiknya buat perjanjian sebelum berangkat. Pastikan ada pembagian waktu antara aktivitas bersama dan kegiatan yang bisa dilakukan sendiri-sendiri. Dengan kata lain, anggota rombongan tak harus 24 jam selalu bersama.

Bayangkan, betapa tak menyenangkannya bagi anggota rombongan yang tak suka belanja, tapi diharuskan tetap bersama anggota keluarga lain yang betah seharian menjelajah mal. Dengan menyusun jadwal untuk aktivitas individu, semua anggota rombongan jadi punya waktu untuk mengunjungi tempat yang sesuai minatnya.

Tapi namanya saja liburan keluarga, kegiatan bersama tentunya tak bisa dikesampingkan. Pastikan sarapan pagi dan makan malam dilakukan bersama. Juga, setidaknya pilih satu objek wisata yang kira-kira bisa dinikmati semua anggota rombongan. Mungkin bisa ke themed park atau mendatangi ikon wisata yang paling terkenal di tempat itu.

Tak bisa mengontrol pengeluaran

Apakah Anda berniat berhutang demi liburan? Sebenarnya, sah-sah saja mencicil pembayaran tiket pesawat dengan kartu kredit. Juga boleh-boleh saja membeli paket tur yang dilunasi dengan cara mengangsur. Tapi Anda harus memastikan dulu kemampuan untuk melunasinya agar tak menjadi sumber stres di kemudian hari.

Rencana liburan harus disesuaikan dengan kondisi keuangan. Kalau bujet terbatas, liburan di dalam negeri atau ke negara tetangga di Asia Tenggara pun sudah cukup menyenangkan. Intinya, jangan sampai liburan Anda yang singkat itu menjadi beban berkepanjangan di masa mendatang karena Anda terlilit hutang.

Pengeluaran saat berlibur tentunya lebih besar dibanding saat tinggal di rumah. Namun ada banyak cara untuk menekan biayanya. Sebagai contoh, Anda tak perlu tergiur menginap di hotel bintang 5 hanya demi gengsi. Masih banyak hotel bujet yang lebih sesuai isi kantong. Begitu juga dengan tempat makan, pilihlah rumah makan lokal yang harganya lebih bersahabat.

Baca juga: Naik Kereta Ekonomi di Cina

Tidak ada komentar

Punya pertanyaan atau komentar? Tuliskan di sini...