Beranda

    Social Items

Amanda di 48 Al Jazeera
(Courtesy aljazeera.net)
Menonton film dokumenter adalah cara riset jalan-jalan yang paling menyenangkan. Membaca buku traveling atau browsing internet barangkali terkesan serius bagi banyak orang. Nah, dengan menonton film dokumenter kita bisa mendapat informasi yang dibutuhkan sekaligus terhibur karena disajikan dengan bahasa visual.

Film dokumenter akan menarik kalau pembuatnya pintar mengambil sudut pandang cerita. Sayangnya, film dokumenter bertema jalan-jalan yang diproduksi televisi lokal sangat lemah mengangkat sudut pandang yang menarik. Maaf sekali kalau saya harus bilang, film dokumenter buatan televisi Indonesia agak membosankan. Bahkan kualitasnya cenderung menurun. Apa dasar opini saya ini?

Dulu, saya adalah penggemar berat acara dokumenter Achipelago yang ditayangkan Metro TV dan Jejak Petualang yang ditayangkan Trans7 (dulu namanya masih TV7). Karena kesibukan, saya sekarang tidak pernah lagi menonton Jejak Petualang dan tidak tahu apakah acara itu masih ditayangkan atau tidak. Sedangkan Archipelago milik Metro TV saya tahu persis masih ditayangkan karena bisa ditonton lewat video streaming.

Membandingkan Archipelago yang dulu dan sekarang, saya berani bilang kualitasnya banyak menurun. Sejak Prita Laura tak lagi muncul di Archipelago, anchor program acara itu selalu berganti-ganti. Ada kesan, pembawa acaranya sengaja digilir untuk memberi kesempatan supaya semua reporter Metro TV bisa jalan-jalan. Sejak itu pula, Archipelago benar-benar kehilangan ruhnya.

Beberapa episode Archipelago terasa sangat monoton, bahkan pembawa acaranya terkesan tak punya pengalaman jalan-jalan. Mereka berlagak seperti turis biasa, bukan sebagai reporter yang sedang meliput tempat asing. Riset yang dilakukan sang reporter terkesan sangat minim. Mereka nampak sama awamnya dengan turis biasa.

Bayangkan saja, di salah satu episode Archipelago, bisa-bisanya si anchor salah kostum! Sudah begitu, sepanjang tayangan penonton hanya disuguhi gambar pembawa acaranya yang asik menikmati wahana permainan ala Dufan. Tak ada liputan sama sekali tentang kota yang dikunjunginya. Saya harus bilang, episode itu benar-benar payah!!!

Di TVOne, tiap Minggu malam ada acara dokumenter bertajuk Bukan Jalan-jalan Biasa yang menurut saya memiliki konsep sangat menarik. Sayangnya, beberapa episodenya agak membosankan karena pembawa acaranya gagal menerjemahkan konsep bukan jalan-jalan biasa. Pembawa acaranya juga digilir, barangkali untuk memberi kesempatan semua karyawan TVOne jalan-jalan.

Wawancara di Bukan Jalan-jalan Biasa terasa bertele-tele hingga acara tersebut terkesan jadi program talkshow bukan dokumenter jalan-jalan. Sudah begitu yang diwawancarai selalu orang Indonesia yang tinggal di luar negeri. Apa reporternya tidak bisa bahasa asing hingga jarang ada wawancara dengan penduduk lokal?

Episode menarik Bukan Jalan-jalan Biasa yang sempat saya tonton antara lain liputan ke Luang Prabang dan Suriname. Khususnya liputan ke Suriname, menurut saya itu salah satu episode Bukan Jalan-jalan Biasa yang paling menarik. Sayangnya, dua orang reporter yang meliput episode terbaik tersebut tak pernah muncul lagi. Mungkin saya yang kelewatan karena tidak nonton acara itu secara teratur. Tapi boleh dong usul ke TVOne, selektif sedikit memilih reporter yang dikirim ke luar negeri. Jangan sampai kepentingan jatah jalan-jalan harus mengalahkan kualitas acara.




Di sini saya sisipkan film dokumenter jalan-jalan produksi Al Jazeera favorit saya. Acara itu bertajuk 48, tapi sekarang sudah ditayangkan lagi. Kebetulan saya menemukannya di Youtube hingga bisa membaginya dengan Anda. Konsep 48 sangat menarik karena meliput hal-hal yang tak biasa. Kelihatan sekali kalau reporternya melakukan riset sangat serius sebelum terjun ke lapangan. Uniknya lagi, Amanda si reporternya hanya diberi waktu 48 jam untuk meliput suatu tempat.

Penasaran seperti apa dokumenternya? Silahkan tonton di sini. Oh ya, masih ada lagi beberapa dokumenter favorit saya buatan TV asing. Akan saya bagi juga di waktu mendatang. Pokoknya pantau terus blog ini!

Film Dokumenter Bertema Jalan-jalan Favoritku

Amanda di 48 Al Jazeera
(Courtesy aljazeera.net)
Menonton film dokumenter adalah cara riset jalan-jalan yang paling menyenangkan. Membaca buku traveling atau browsing internet barangkali terkesan serius bagi banyak orang. Nah, dengan menonton film dokumenter kita bisa mendapat informasi yang dibutuhkan sekaligus terhibur karena disajikan dengan bahasa visual.

Film dokumenter akan menarik kalau pembuatnya pintar mengambil sudut pandang cerita. Sayangnya, film dokumenter bertema jalan-jalan yang diproduksi televisi lokal sangat lemah mengangkat sudut pandang yang menarik. Maaf sekali kalau saya harus bilang, film dokumenter buatan televisi Indonesia agak membosankan. Bahkan kualitasnya cenderung menurun. Apa dasar opini saya ini?

Dulu, saya adalah penggemar berat acara dokumenter Achipelago yang ditayangkan Metro TV dan Jejak Petualang yang ditayangkan Trans7 (dulu namanya masih TV7). Karena kesibukan, saya sekarang tidak pernah lagi menonton Jejak Petualang dan tidak tahu apakah acara itu masih ditayangkan atau tidak. Sedangkan Archipelago milik Metro TV saya tahu persis masih ditayangkan karena bisa ditonton lewat video streaming.

Membandingkan Archipelago yang dulu dan sekarang, saya berani bilang kualitasnya banyak menurun. Sejak Prita Laura tak lagi muncul di Archipelago, anchor program acara itu selalu berganti-ganti. Ada kesan, pembawa acaranya sengaja digilir untuk memberi kesempatan supaya semua reporter Metro TV bisa jalan-jalan. Sejak itu pula, Archipelago benar-benar kehilangan ruhnya.

Beberapa episode Archipelago terasa sangat monoton, bahkan pembawa acaranya terkesan tak punya pengalaman jalan-jalan. Mereka berlagak seperti turis biasa, bukan sebagai reporter yang sedang meliput tempat asing. Riset yang dilakukan sang reporter terkesan sangat minim. Mereka nampak sama awamnya dengan turis biasa.

Bayangkan saja, di salah satu episode Archipelago, bisa-bisanya si anchor salah kostum! Sudah begitu, sepanjang tayangan penonton hanya disuguhi gambar pembawa acaranya yang asik menikmati wahana permainan ala Dufan. Tak ada liputan sama sekali tentang kota yang dikunjunginya. Saya harus bilang, episode itu benar-benar payah!!!

Di TVOne, tiap Minggu malam ada acara dokumenter bertajuk Bukan Jalan-jalan Biasa yang menurut saya memiliki konsep sangat menarik. Sayangnya, beberapa episodenya agak membosankan karena pembawa acaranya gagal menerjemahkan konsep bukan jalan-jalan biasa. Pembawa acaranya juga digilir, barangkali untuk memberi kesempatan semua karyawan TVOne jalan-jalan.

Wawancara di Bukan Jalan-jalan Biasa terasa bertele-tele hingga acara tersebut terkesan jadi program talkshow bukan dokumenter jalan-jalan. Sudah begitu yang diwawancarai selalu orang Indonesia yang tinggal di luar negeri. Apa reporternya tidak bisa bahasa asing hingga jarang ada wawancara dengan penduduk lokal?

Episode menarik Bukan Jalan-jalan Biasa yang sempat saya tonton antara lain liputan ke Luang Prabang dan Suriname. Khususnya liputan ke Suriname, menurut saya itu salah satu episode Bukan Jalan-jalan Biasa yang paling menarik. Sayangnya, dua orang reporter yang meliput episode terbaik tersebut tak pernah muncul lagi. Mungkin saya yang kelewatan karena tidak nonton acara itu secara teratur. Tapi boleh dong usul ke TVOne, selektif sedikit memilih reporter yang dikirim ke luar negeri. Jangan sampai kepentingan jatah jalan-jalan harus mengalahkan kualitas acara.




Di sini saya sisipkan film dokumenter jalan-jalan produksi Al Jazeera favorit saya. Acara itu bertajuk 48, tapi sekarang sudah ditayangkan lagi. Kebetulan saya menemukannya di Youtube hingga bisa membaginya dengan Anda. Konsep 48 sangat menarik karena meliput hal-hal yang tak biasa. Kelihatan sekali kalau reporternya melakukan riset sangat serius sebelum terjun ke lapangan. Uniknya lagi, Amanda si reporternya hanya diberi waktu 48 jam untuk meliput suatu tempat.

Penasaran seperti apa dokumenternya? Silahkan tonton di sini. Oh ya, masih ada lagi beberapa dokumenter favorit saya buatan TV asing. Akan saya bagi juga di waktu mendatang. Pokoknya pantau terus blog ini!