Satu hal yang menarik dari istana Bogor adalah kehadiran ratusan rusa totol yang menghuni halamannya. Tapi bukan itu saja yang membuatnya istimewa. Kalau kita melongok bagian dalamnya, istana ini lebih mirip galeri seni dengan ratusan koleksi langka yang sebagian besar dikumpulkan Presiden Soekarno. Jangan kaget kalau sebagian koleksi ini ada yang memamerkan kemolekan tubuh perempuan.
Difasilitasi
oleh lembaga sosial Masyarakat Cinta Bogor (MCB), saya mendapat kesempatan
untuk melongok bagian dalam istana Bogor dengan ditemani pemandu dari rumah
tangga kepresidenan. Peserta tur dibawa menjelajah Istana Bogor selama kurang
lebih satu jam, serta diperlihatkan
bagian-bagian penting yang jarang orang tahu.
Kompleks
vila itu mulai didirikan pada 1744 dan diberi nama “Buitenzorg” atau “Sans
Souci” yang berarti tanpa kekhawatiran. Bangunannya dibuat bertingkat tiga
dengan meniru arsitektur Blehheim Palace, kediaman Duke Malborough, dekat
Oxford di Inggris.
Istana Bogor dipenuhi dengan karya seni indah yang sebagian besar dikumpulkan Presiden Soekarno |
Seiring
perjalanan waktu, kompleks vila ini terus diperluas hingga lebih cocok disebut
istana. Suasananya yang sejuk dan hijau juga membuat para pejabat Hindia
Belanda betah berlama-lama di istana Buitenzorg. Bahkan nama-nama besar seperti
Herman Willem Daendels dan Sir Stanford Raffles pernah menjadi penghuni istana ini.
Gempa
bumi yang mengguncang Bogor pada 1834 membuat istana Buitenzorg rusak parah.
Namun pada 1850, istana ini dibangun kembali dengan merubuhkan gedung yang
lama. Bangunannya tidak lagi dibuat bertingkat untuk menyesuaikan dengan
kondisi daerah rawan gempa. Dan sejak 1870, istana Buitenzorg menjadi kediaman
resmi Gubernur Jenderal Hindia Belanda sampai kekuasaan mereka direbut oleh
tentara Jepang.
Setelah
kemerdekaan, istana Bogor digunakan Presiden Soekarno untuk menampung koleksi lukisan,
patung, keramik, serta karya seni lainnya yang berjumlah lebih dari 800 buah. Sampai
kini, benda-benda tersebut masih tersimpan rapi di istana Bogor. Itulah
sebabnya, meski era pemerintahan terus berganti, istana Bogor tetap identik
dengan Soekarno.
Saat
menyusuri istana Bogor, waktu serasa diputar kembali ke masa jaya Presiden
Soekarno. Betapa tidak, benda-benda koleksi Soekarno membuka kembali kenangan
tentang beliau. Semuanya seolah berbicara tentang pribadi Soekarno, tentang
perjalanan hidupnya, serta soal selera seninya yang berani menantang tabu.
Salah
satu koleksi paling menarik di istana Bogor adalah lukisan besar berjudul
“Pesta Pernikahan Rusia” yang digantung di ruang kerja presiden. Karya seniman
Rusia dari akhir abad ke-19 ini nampak begitu hidup, seolah-olah seperti gambar
tiga dimensi.
Pajangan
lainnya yang cukup menarik adalah lukisan berjudul “Dalam Sinar Bulan” karya
Basuki Abdullah yang menggambarkan sosok perempuan cantik berpakaian sari
India. Menurut keterangan pemandu, sosok tersebut adalah Ratna Sari Dewi, salah
satu istri Presiden Soekarno.
Lukisan
ini terlihat agak misterius karena dipandang dari sisi mana pun, sorot mata dalam
lukisan seolah-olah mengikuti kita. Saya sendiri pernah melihat foto lukisan
ini di sebuah buku, tetapi melihatnya secara langsung benar-benar memberi kesan
yang berbeda.
Di
ruang perpustakaan presiden juga bisa dilihat boneka-boneka Jepang serta
foto-foto presiden Indonesia dari semua periode. Buku-buku yang tersimpan di
perpustakaan ini adalah koleksi Presiden Soekarno yang jumlahnya sekitar 800
buah.
Istana
Bogor sedikit sekali menyimpan koleksi dari era sebelum Soekarno. Ini karena banyak
koleksi berharga rusak atau dijarah saat pecah Perang Dunia Kedua. Tetapi ada
satu koleksi cukup unik dari era sebelum perang yang disebut cermin seribu. Ini
bukan cermin biasa karena kalau kita berkaca di depannya akan muncul bayangan
yang sangat banyak. Konon, cermin ini juga bisa membuat orang awet muda, begitu
kata pemandu istana.
Berdiri
di depan cermin seribu juga berarti menginjakkan kaki di titik nol kilometer
kota Bogor. Dari titik ini, ada garis lurus imajiner yang menghubungkannya
dengan monas dan istana negara di Jakarta.
Patung telanjang yang dipaksa memakai baju |
Hal
menarik lainnya dari istana Bogor adalah patung-patung seukuran manusia yang
menghiasi banyak sudut. Salah satunya bisa ditemui di selasar menuju bangunan
tengah istana. Patung ini menggambarkan sosok perempuan tanpa busana, tetapi
sekarang tidak lagi benar-benar telanjang karena sudah diberi “baju”. Pemandu
kami sempat menyingkap kain penutup patung ini untuk memperlihatkan betapa
halusnya karya seni tersebut dibuat.
Patung-patung
yang bertebaran di halaman istana Bogor juga sangat menarik. Salah satu yang
paling terkenal adalah patung Si Denok karya pematung Trubus. Menurut cerita
pemandu, patung ini menggabungkan bagian tubuh terbaik dari beberapa orang yang
menjadi modelnya.
Inilah patung Si Denok yang terkenal itu |
Ketelanjangan
rupanya bukanlah hal yang tabu bagi Soekarno, itu bisa dilihat dari karya-karya
yang dikoleksinya. Tentang sikapnya ini, Soekarno bukan tidak pernah mendapat
kritik. Menanggapi berbagai kritik, Soekarno kerap menyitir ungkapan penyair
Lebanon Kahlil Gibran, “Orang yang melulu mengenakan moralitasnya sebagai
pakaian, justru yang paling baik baginya adalah telanjang”.
Bagi
Soekarno, tidak semua ketelanjangan itu amoral. Menurutnya lagi, keindahan
tubuh perempuan tidak seharusnya melulu dipandang dari segi moralistik, tetapi
juga dari aspek estetik. Bagaimana menurut Anda?
Baca juga:
Tidak ada komentar
Punya pertanyaan atau komentar? Tuliskan di sini...